MALANG, KOMPAS — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sabtu (20/10/2018), blusukan ke Jawa Timur. Budi Karya menghadiri lima acara di Kota Malang dan Kabupaten Lamongan. Budi Karya mengawali kegiatannya di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang, acara Simposium XXI Forum Studi Transportasi antar-perguruan tinggi.
Di acara itu, Budi Karya menyampaikan keinginannya agar perguruan tinggi memainkan peran aktif menyelesaikan masalah transportasi. Karena itu, pemikiran kalangan perguruan tinggi sangat diharapkan. Di forum yang dihadiri akademisi perguruan tinggi negeri dan swasta ini menghimpun 300 makalah terkait persoalan transportasi.
Di kampus yang sama, Budi Karya menyampaikan pidato di hadapan ribuan orang yang hadir di acara wisuda program vokasi, sarjana, dan pascasarjana Universitas Brawijaya periode III di Gedung Samantha Krida. Budi Karya meminta kalangan perguruan tinggi mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Menjelang tengah hari, Budi Karya meneruskan kegiatannya ke Kabupaten Lamongan. Perjalanan ke Lamongan ditempuh dengan menggunakan helikopter dari landasan helikopter Kampus Universitas Muhammadiyah Malang.
Kegiatan di Lamongan berupa peninjauan pembuatan dan pengukuran kapal di Pelabuhan Laut Paciran. Pembuatan dan pengukuran kapal ini bagian dari program kemitraan antara pemerintah dan nelayan. Budi berharap, dengan pola kemitraan ini, dana pemerintah yang terbatas dapat meningkatkan produksi kapal yang aman.
Sejalan dengan acara itu, Menteri Perhubungan juga meninjau pembangunan kapal perintis di Galangan Kapal Daya Radar Utama, Lamongan. Galangan kapal ini beroperasi sejak tahun 2010. Mendampingi Budi Karya di tempat ini adalah Bupati Lamongan Fadeli, Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati, dan Kepala Dinas Perhubungan Jatim Fattah Jasin.
Empat kilometer dari lokasi ini, Menteri meninjau sarana dan prasarana di pelabuhan penyeberangan PT ASDP Indonesia Ferry. Prinsipnya, pemerintah ingin memperbaiki pelayaran rakyat yang sejauh ini masih belum baik. Namun, untuk mewujudkan itu, bukan hal yang mudah di tengah situasi ekonomi dunia yang belum stabil.
”Kapal-kapal itu biaya pembuatannya naik karena separuh bahan harus diimpor,” kata Budi Karya.