MATARAM, KOMPAS — Minat masyarakat korban gempa di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, membangun rumah instan sederhana sehat atau risha terkendala ketersediaan panel, material utama konstruksi hunian yang diklaim tahan gempa itu.
”Satu risha butuh 138 panel. Kami siap membangun risha untuk 40 keluarga, tetapi baru terealisasi 3 unit,” ujar Ketua Koordinator Tim Teknis sekaligus Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lombok Barat Lalu Ratnawi, Jumat (19/10/2018), di Giri Menang, Pusat Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat.
Menurut Ratnawi, panel risha dikerjakan pabrikan badan usaha milik negara. ”Kami kira panel itu dicetak di Pulau Jawa, jadi tinggal kirim. Kenyataannya pencetakannya di sini (Lombok),” ujarnya. Untuk tahap I rehabilitasi dan rekonstruksi rumah di Lombok Barat, dari 379 keluarga, sejumlah 176 keluarga ingin risha.
”Mereka membutuhkan panel. Kalau yang 40 unit sulit, bagaimana dengan ribuan rumah lainnya,” kata Ratnawi.
Rumah model risha menggabungkan komponen panel beton dan mur-baut. Dindingnya bisa memakai batu bata, kayu, multipleks, gipsum, atau kalsiboard beratap rangka baja ringan. Ketidaksiapan pabrik berdampak pada lambannya realisasi risha.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memastikan kesiapan dana stimulan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga terdampak gempa. Kementerian Keuangan telah mentransfer dana Rp 960 miliar kepada warga terdampak gempa untuk mulai membangun rumah. Persoalannya ada pada pengadaan komponen risha.
”Artinya sudah mulai dibangun, materialnya siap tidak? Bukan hanya yang risha, melainkan juga semen dan bahan bangunan yang lain,” kata Presiden Joko Widodo saat rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB dan para bupati yang wilayahnya terdampak gempa, Kamis (18/10), di Bandara Internasional Lombok Praya.
Ketersediaan bahan bangunan risha itu menjadi perhatian Presiden karena animo masyarakat cukup tinggi. Pemerintah pun perlu segera menyiapkan komponen risha. ”Ini yang terus saya lihat, nanti saya perintahkan segera ditambah cetakan (panel risha),” ujar Presiden. (RUL)