Panas terik menyengat kaki yang beralaskan sandal jepit ketika berpijak di atas pasir putih di Pantai Lancing, Dusun Lancing, Desa Mekarsari, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (14/10/2018).
Ombak kecil membuat beberapa perahu yang tertambat di pesisir bergoyang. Untung ada satu berugak (bale-bale) tempat berteduh menikmati embusan angin laut di pantai yang masih sepi pengunjung.
”Sejak gempa, pantai ini sepi, hanya satu dua pengunjung tiap hari. Beda ketika sebelum gempa, banyak bule ke sini mandi, berjemur, dan jalan menelusuri pesisir ini,” ujar Masatah (55), warga yang bermukim di Pantai Lancing, sekitar 60 km dari Mataram, ibu kota NTB.
Letaknya bertetangga dengan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, dan jalur utama menuju Pantai Mawi, Pantai Tampah, Pantai Mawun, dan Pantai Selongblanak, lokasi surfing terbaik. Akses ke pantai ini melalui jalan tanah lewat kampung penduduk.
Dua bukit mengapit Pantai Lancing, yang berupa teluk ini. Di ujung selatan dua kaki bukit ini membentuk tapal kuda, pintu masuk gelombang Samudra Indonesia. Di ujung barat dan selatan pantai ini terhampar pasir dengan tapak pantai yang agak lebar sebagai tempat berjemur. Siang itu, air laut jernih dengan degradasi warna hampir hijau, biru muda-biru laut.
Di ujung bukit bagian barat, ada terumbu karang berbentuk kerucut, sekilas menggambarkan kerumunan orang tengah berdiri. Obyek wisata ini agaknya ”belum jadi”, sebab tidak ada penginapan kendati puluhan hektar lahan di belakangnya sudah dikuasai pemodal.
Pantai itu merupakan jalur pulang-pergi warga melaut ke Samudra Indonesia. Menurut Regen, pengelola Pantai Lancing, dari cerita lekuhur diketahui, lancing singkatan dari lalo mancing (pergi mancing).
Lepas dari cerita dan sebutan itu, daya tarik Pantai Lancing dan kawasan sekitarnya adalah sejarah geologinya. Hasil penelitian geologi terhadap bukit-bukit yang miskin vegetasi itu, kata Heryadi Rahmat, geolog Museum Geologi Bandung, mirip kawasan Pantai Mandalika, Kute, dan Tanjung Aan.
Bentangan pantai itu adalah singkapan letusan kompleks gunung api purba bawah laut Old Andesit melingkari barat daya-selatan-tenggara Sundaland semasa Oligo Miosen (30 juta tahun). Endapan letusan gunung api itu kini terlihat di Batu Payung (Tanjung Aan) dan bukit-bukit kerucut (tubuh gunung api) yang utuh terangkat ke permukaan pantai Lombok bagian selatan.
Pasir putih sebesar merica di Pantai Kute, jelas Heryadi, berupa fosil foraminifera yang terbentuk oleh adanya tekanan hidrostatik saat erupsi, lalu ada kontak antara tubuh lava dan material lain panas dengan air laut yang dingin. Akibatnya, butiran hamburan material membeku dan memfosil dalam ukuran halus dan bongkahan. Sejarah geologi Pantai Lancing tinggal dipoles biar tampil sebagai obyek wisata menawan. (RUL)