Peminat LRT Masih Minim
Palembang menjadi Kota pertama yang mengoperasikan kereta ringan (LRT). Namun, warga setempat belum menjadikan LRT sebagai pilihan utama. Persoalan ini perlu segera diatasi.
PALEMBANG, KOMPAS Jumlah peminat kereta ringan (light rail transit/LRT) di Palembang pada hari biasa masih rendah, berkisar 2.000-3.000 orang per hari.
Tarif yang ditawarkan relatif murah, yakni Rp 5.000-Rp 10.000 per orang. Rendahnya jumlah penumpang itu dipicu, antara lain, kurangnya fasilitas parkir dan transportasi penunjang.
Pengamat perkotaan dari Universitas Muhammadiyah Palembang, Zuber Angkasa, di Palembang, Senin (22/10/2018), menilai jumlah penumpang sekitar 3.000 orang per hari tergolong rendah. Apalagi, sebagai transportasi baru seharusnya diminati masyarakat. Namun, fakta saat ini menunjukkan banyak warga Palembang belum menjadikan transportasi publik sebagai kebutuhan utama.
Mengatasi masalah ini, kata Zuber, pemerintah harus membuat aturan yang ”memaksa” warganya menggunakan LRT. Misalnya dengan mengalihkan angkutan umum biasa menuju ke wilayah yang belum terjangkau, termasuk mengatur rute agar angkutan itu menuju ke stasiun LRT. ”Hal ini bertujuan mempermudah masyarakat mengakses LRT,” katanya.
Manager Humas PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional III Aida Suryanti menegaskan, pihaknya sesungguhnya tidak memiliki target penumpang harian. Apalagi, LRT termasuk moda transportasi massal yang baru di Indonesia.
Namun, menurut dia, jumlah 3.000 orang per hari itu tergolong angka optimistis. Apalagi, jumlah kendaraan bermotor di Kota Palembang dan sekitarnya cenderung meningkat. ”Nanti ketika jumlah kendaraan meningkat dan lalu lintas padat, saya optimistis jumlah penumpang LRT otomatis meningkat,” katanya.
Sejak awal dioperasikan pada 23 Juli 2018, jumlah penumpang LRT mencapai 530.907 orang. Jumlah penumpang pada hari biasa berkisar 2.000-3.000 orang per hari. Adapun di akhir pekan, jumlahnya melonjak hingga 3 kali lipat, yakni 10.000 orang.
Pantauan Kompas, di Stasiun LRT Bumi Sriwijaya sekitar pukul 14.45 hanya ada 10 penumpang yang naik dari stasiun itu menuju ke Jakabaring. Saat itu di dalam tiga gerbong LRT terisi sekitar 300 penumpang. Rizki Utama (19), warga Prabumulih, mengungkapkan baru pertama kali menggunakan LRT Sumsel. ”Saya ingin coba. Mumpung masih di Palembang,” kata mahasiswa Universitas Lampung ini.
Bekti (30), penumpang lain, mengatakan, dirinya merasa nyaman dengan LRT, tetapi fasilitas penunjang yang kurang mendukung, terutama tempat parkir kendaraan yang tidak memadai. ”Kalau dilihat hanya Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II saja yang punya tempat parkir memadai, (stasiun) lainnya kurang,” ujarnya.
Menurut Aida, sejumlah upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan minat penumpang menggunakan LRT. Salah satunya dengan sosialisasi dan juga mengoperasikan semua stasiun LRT sebanyak 13 stasiun sejak Jumat pekan lalu.
Sejumlah cara juga dilakukan pemerintah dilakukan untuk meningkatkan minat masyarakat Palembang menggunakan LRT, salah satunya memberikan tarif yang cukup terjangkau, yakni Rp 5.000 per orang dan Rp 10.000 jika tiba di Stasiun LRT Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Tarif tersebut merupakan tarif dari subsidi perintis yang akan berlaku sampai akhir tahun 2018.
Waktu tunggu juga dipercepat, dari 56 menit di awal pengoperasian, menjadi 30 menit. Itu karena jumlah kereta yang dioperasikan bertambah dari yang semula tiga unit sekarang jadi lima unit. Sementara sebagai cadangan, disiapkan dua kereta.
Kadis Perhubungan Sumsel Nelson Firdaus mengaku terus berkoordinasi dengan semua pihak guna menyediakan transportasi penunjang LRT. ”Kami akan melakukan pengaturan rute agar transportasi umum melewati stasiun LRT dan penumpang tidak kebingungan saat menuju dan dari stasiun,” ucapnya. (RAM)