Crown Group Optimistis Capai Transaksi Rp 200 Miliar di Indonesia
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Perusahaan pengembang besar Australia, Crown Group Holdings, menargetkan dapat mencapai transaksi di Indonesia dalam penjualan proyek terbaru menara apartemen, Mastery By Crown Group, di kawasan Waterloo, Sydney, Australia, sebesar Rp 200 miliar.
”Indonesia merupakan pasar yang penting dan kami optimistis dapat mencapai transaksi atau nilai penjualan dari Indonesia sebesar 20 juta dollar Australia atau sekitar Rp 200 miliar. Sampai saat ini sudah ada 16 calon pembeli yang memberikan tanda jadi, dan yang menarik, justru mereka sebagian besar dari Bandung, Jawa Barat, dan Surabaya, Jawa Timur, bukan dari Jakarta,” kata General Manager Strategic and Corporate Communication Indonesia Crown Group Holdings Bagus Sukmana, di Bandung, Rabu (24/10/2018).
Crown Group Holdings (Crown Group) merupakan perusahaan properti terkemuka Australia yang mengkhususkan diri dalam pengembangan properti, investasi properti, dan hotel.
Perusahaan ini didirikan oleh arsitek dan insinyur asal Indonesia, Iwan Sunito dan Paul Sathio, tahun 1996. Sejak didirikan, nilai proyek yang sedang dikerjakan sudah mencapai Rp 50 triliun dalam lini usahanya.
Dalam proyek apartemen terbaru ini akan dibangun lima menara, yakni A, B, C, D, dan menara E dengan desain terinspirasi dari Jepang.
Pembangunan proyek apartemen ini berkolaborasi dengan arsitek terkenal Jepang, Kengo Kuma, yang berbasis di Tokyo, dan Koichi Takada yang berdomisili di Sydney.
Kuma mendesain menara C dengan 19 lantai berkonsep desain eksterior semacam hutan susun yang dominasi kayu, dengan dilengkapi kolam renang atap kantilever yang spektakuler. Bentuk menara ini seperti huruf C atau semacam lereng sebuah bukit.
Tiga menara yang lain didesain oleh Koichi Takada dan menara hunian kelima dikerjakan oleh perusahaan asal Australia, Sylvester Fuller, untuk menambah perspektif lokal.
Menara dengan total 384 unit apartemen mewah ini akan diluncurkan tanggal 17 November 2018 dan pembangunan mulai dilaksanakan pada Oktober 2018. Konstruksi dijadwalkan selesai pada 2021.
Menurut Bagus, target penjualan Rp 200 miliar itu baru meliputi dua menara, yakni menara C dan E yang kini dapat dipasarkan.
Untuk menara A, B, dan menara D, dari aspek gambar atau desain sudah disetujui otoritas terkait, tetapi untuk izin mendirikan bangunan (IMB) masih dalam proses sehingga unit pada tiga menara itu belum dapat dipasarkan.
Unit yang dijual adalah tipe studio harga sekitar Rp 6 miliar, tipe satu kamar tidur Rp 7,5 miliar, dua kamar tidur Rp 11,5 miliar, tiga kamar tidur Rp 15 miliar, dan penthouse sekitar Rp 50 miliar.
”Namun, jika pada saat peluncuran atau penjualan tanggal 17 November, IMB untuk tiga menara itu sudah keluar, maka saat itu pun akan kami pasarkan dan kami yakin transaksi di Indonesia bahkan dapat lebih dari 20 juta dollar Australia,” ucap Bagus.
Bagus menuturkan, saat ini minat orang Indonesia untuk berinvestasi properti di luar negeri relatif tinggi, salah satunya di Sydney.
”Dari 10 kota besar paling layak huni di dunia, salah satunya adalah Sydney. Aspek yang menentukan adalah moda transportasi publik yang terintegrasi, juga hawa yang sejuk,” ujarnya.
Menurut Bagus, minat orang-orang Indonesia membeli properti di Sydney yang tertinggi adalah untuk investasi, berikutnya terkait dengan kebutuhan anak-anak yang akan sekolah, juga pindah tempat tinggal.
”Investasi properti di Australia kini juga lebih menarik dibandingkan dengan Singapura karena dari properti yang dibeli menjadi hak milik, sedangkan di Singapura statusnya adalah hak guna bangunan selama 99 tahun,” kata Bagus.
Daya tarik lainnya investasi properti di luar negeri, seperti di Sydney, terkait dengan pajak. ”Untuk pembelian properti di Singapura dikenakan pajak 24 persen, di antaranya terkait dengan pajak jual beli dan pajak pembeli asing. Sementara di Australia, totalnya hanya 12 persen,” ujar Head of Marketing Indonesia Crown Group Holdings Fauzia Sudaryomo.