AMBON, KOMPAS — Uskup Diosis Amboina Mgr PC Mandagi MSC meminta publik tidak memolitisasi rencana ketidakhadiran Presiden Joko Widodo untuk membuka Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik nasional pertama di Ambon, Maluku, pada Sabtu (27/10/2018) malam. Semua pihak diminta berpikir positif.
Menurut Mandagi, yang paling penting dari itu semua adalah kegiatan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) berjalan dengan sukses. Misi Pesparani adalah membangun persaudaraan sejati, baik sesama umat Katolik, dengan umat agama lain, maupun umat Katolik dengan pemerintah terwujud. Ketidakhadiran Presiden Jokowi bukan sesuatu yang luar biasa.
”Tolong jangan politisir,” ujar Mandagi seraya mengajak semua pihak memaklumi kesibukan Jokowi sebagai kepala negara yang setiap saat berhadapan dengan sejumlah agenda penting.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja di sejumlah daerah di Jawa Timur pada akhir pekan ini.
Kendati demikian, Mandagi menyadari, pada tahun politik seperti saat ini, ketidakhadiran Jokowi akan di-”goreng” ke isu politik. Jokowi merupakan calon petahana yang berkompetisi dalam pemilihan presiden tahun depan. Saat ini, Jokowi terus bekerja untuk menarik simpati dari masyarakat Indonesia, termasuk umat Katolik, agar memilih dirinya kembali.
Sementara itu, dari pantauan Kompas di jagat media sosial, rencana ketidakhadiran Jokowi menuai kekecewaan sejumlah pihak. Sejumlah akun media sosial mengaitkan ketidakhadiran itu dengan keberpihakan Jokowi terhadap kelompok minoritas. Pasalnya, umat Katolik merupakan kelompok minoritas. Akun Maydee Minerva menulis, ”Hanya bisa mengurut dada. Minoritas di negeri antah berantah”.
Sekretaris Panitia Pesparani Titus Renwarin menambahkan, sesuai rencana, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan akan menggantikan Presiden Jokowi. Seremoni pembukaan akan dimulai pukul 20.00 WIT. Hingga saat ini, lebih kurang 5.804 peserta, ofisial, penggembira, kepala daerah, dan tokoh agama dari 34 provinsi sudah tiba di Ambon.