Palembang Belum Aman
PALEMBANG, KOMPAS - Masa peralihan musim masih berlangsung hingga awal November 2018. Angin kencang berisiko masih mungkin terjadi lagi.
Kerusakan yang ditimbulkan angin kencang di Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC) di Palembang, Sumatera Selatan, diperkirakan setara Rp 20 miliar. Dari 22 arena di JSC, 14 arena rusak. Potensi angin kencang masih ada karena Sumatera Selatan masih masa peralihan musim.
Minggu (28/10/2018), Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengunjungi sejumlah arena. Arena yang rusak di antaranya lapangan tenis, tribune penonton dayung, stadion atletik, arena akuatik, panjat tebing, dan wisma atlet. Sebagian besar kerusakan di bagian atas bangunan, plafon dan atap.
Tidak hanya bangunan, ratusan pohon di kawasan Jakabaring juga tumbang, beberapa di antaranya menutupi jalan. Namun, Minggu pagi, pengelola sudah menyingkirkan pohon tumbang sehingga kendaraan bisa melewati jalan lebih leluasa.
Atas kerugian senilai Rp 20 miliar itu, Herman mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan para pihak agar sama-sama berkontribusi membangun kembali JSC.
”Ada bangunan yang belum beralih kepemilikan, ada juga yang dibuat sejumlah perusahaan. Kami berharap beban APBD bisa ditekan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat Provinsi Sumatera Selatan Basyaruddin Akhmad menerangkan, kerusakan terparah ada di arena tenis. Atap tribune penonton roboh dan tidak bisa lagi digunakan dengan jumlah kerugian setara Rp 4 miliar.
Stadion atletik mengalami kondisi serupa. Dua lampu stadion tumbang dan menimpa satu toilet umum di bawahnya dengan kisaran kerugian Rp 4 miliar. Adapun kerugian stadion akuatik mencapai Rp 3,6 miliar karena membran atap arena didatangkan dari Perancis.
”Kerugian ini masih estimasi sementara. Untuk memastikannya, kami akan mendatangkan ahli konstruksi,” ucapnya.
Menurut Basyaruddin, sebenarnya tiga bulan sebelum Asian Games, angin kencang juga menerjang Jakabaring. Namun, tak berdampak merusak.
Satuan tugas
Gubernur Sumsel sudah membentuk satuan tugas untuk menginventarisasi nilai kerugian sebenarnya, termasuk mencari sumber dana perbaikan.
”Perbaikan bisa dari APBN, CSR perusahaan, atau APBD. Kami berharap anggaran dari APBD dapat diminimalisasi karena prosesnya cukup lama,” kata Basyaruddin.
Gubernur Herman Deru berharap perbaikan dapat dilakukan sesegera mungkin. Akhir tahun ditargetkan seluruh arena sudah selesai diperbaiki.
Belajar dari kejadian itu, seusai perbaikan infrastruktur, pemerintah akan mengasuransikan semua sarana.
Di tempat terpisah, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Beny Setiaji mengatakan, kecepatan angin di kawasan Jakabaring pada Sabtu lalu diperkirakan lebih dari 27 knot atau di atas 50 km/jam. ”BMKG tidak punya alat meteorologi di kawasan Jakabaring,” katanya.
Cuaca disebut ekstrem, kata Beny, jika kecepatan angin lebih dari 25 knot atau 46 km/jam. Adapun kecepatan angin Sabtu lalu lebih dari itu. Kondisi angin kencang saat itu lebih merata sehingga dampaknya cukup luas.
Jakabaring berpotensi mengalami hal serupa pada masa peralihan ini. Itu karena topografi kawasan Jakabaring cenderung rata sehingga memudahkan pembentukan angin kencang yang dipicu perbedaan suhu.
Kawasan Jakabaring merupakan timbunan kawasan rawa. Persawahan di atasnya dibangun permukiman. ”Berbeda dengan kawasan Ilir yang topografinya lebih beragam,” katanya.
Masa peralihan diperkirakan terjadi hingga awal November. ”Untuk memastikan satu kawasan sudah memasuki musim hujan, dalam tiga dasarian curah hujan harus lebih dari 50 mm. Untuk dasarian pertama sudah di atas 50 mm, tinggal menunggu dua dasarian lagi,” kata Beny.
Pantauan Kompas, sejumlah rumah di kawasan Tegal Binangun, Kecamatan Plaju Darat, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, sekitar 5 kilometer dari JSC juga rusak di bagian atap. Sejumlah tiang listrik dan pepohonan pun tumbang.
Plafon stasiun kereta ringan (light rail transit/LRT) DJKA Jakaring pun berjatuhan. Untuk perbaikan, operasi di stasiun dihentikan sementara. (RAM)