Tukang Sayur Pemburu Ibu Hamil
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Puskesmas Sempu, Banyuwangi, mendorong lahirnya inovasi Sakina. Dengan bantuan tukang sayur keliling, kader posyandu serta program edukasi bagi suami, para ibu hamil risiko tinggi dan bayinya diselamatkan dari kematian.
Demi menemukan ibu hamil berisiko tinggi di pelosok desa, Puskesmas Sempu di Banyuwangi, Jawa Timur, menggandeng para tukang sayur untuk jadi agen kesehatan. Tugas mereka mengumpulkan informasi adanya ibu hamil berisiko tinggi di wilayah mereka berkeliling.
Gerakan pemburu ibu hamil itu dimulai tiga tahun lalu. Akhir Januari 2015, para lijon atau ibu penjual sayur keliling berkumpul di halaman Puskesmas Sempu. Para pedagang sayur memenuhi tempat parkir. Mereka membawa serta keranjang. Suasananya jadi mirip pasar.
Mereka dikumpulkan untuk diberi pembekalan mengenai ciri-ciri ibu hamil berisiko tinggi (bumil risti). Para ibu tukang sayur dibekali telepon genggam sederhana yang bisa untuk layanan pesan singkat (SMS).
Ibu hamil yang masuk dalam kategori risiko tinggi ialah mereka yang hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 35 tahun, anak lebih dari dua, jarak kehamilan yang terlalu pendek, dan faktor lain. Hasil pemetaan Puskesmas Sempu, faktor penyebab kematian tertinggi karena pendarahan dan kejang saat melahirkan.
Delilahtul Hasanah merupakan salah satu tukang sayur yang diberdayakan Puskesmas Sempu menjadi pemburu bumil risti. Lila, panggilannya, mengumpulkan informasi tentang siapa saja yang sedang hamil di sela ngobrol dengan pelanggan. ”Ibu-ibu itu biasanya ngegosip, kadang yang digosipkan tetangga yang hamil. Ini jadi informasi awal untuk mencari tahu apakah ada ibu hamil risiko tinggi,” katanya.
Lila mengaku tidak mudah mengumpulkan data terkait ibu hamil risiko tinggi. Terkadang ia mendapat penolakan dari suami atau ibu yang hamil untuk didata. Mereka menanyakan apa manfaat pendataan. ”Untuk apa difoto dan didata? Memang akan dapat apa?” Lila menirukan. Ibu-ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun kerap malu ketika ditanya terkait kehamilannya.
Namun, Lila tak kurang akal, ia mencuri-curi foto sambil melakukan pendekatan agar mendapat data. Pendekatan personal juga dilakukan agar ibu hamil tersebut bersedia didampingi.
Tahun 2015, Lila mampu ”memburu” lima bumil risti, Pada 2016, jumlahnya meningkat menjadi tujuh. Sementara tahun 2017 ia mendapatkan tiga orang.
Para pemburu bumil risti itu turut menyelamatkan nyawa ibu hamil. Satu di antaranya, Jumiati, calon ibu yang tinggal di tepi hutan dan tak pernah ke puskesmas. Setelah ditemukan Husnul Khotimah, penjual sayur keliling, Jumiati mendapatkan perhatian dari petugas puskesmas.
Jumiati hamil di usia belum genap 20 tahun, pinggulnya sempit sehingga memerlukan bedah caesar untuk persalinan. Menjelang persalinan ia dipindah ke rumah singgah. Pada 16 Oktober, ia dirujuk pihak puskesmas ke rumah sakit. Sehari kemudian, ia melahirkan bayi laki-laki, Mohammad Dilan Alfareno.
Bagi puskesmas, para penjual sayur berperan strategis. Mobilitasnya tinggi. Dengan bantuan mereka, bumil risti di pelosok desa bisa terdeteksi. ”Petugas kami terbatas, tak semua kampung bisa terpantau,” kata Kepala Puskesmas Hadi Khusairi.
Inovasi Sakina
Para pemburu bumil risti tak bekerja sendiri. Di belakang mereka ada tim Sakina (Stop Angka Kematian Ibu dan Anak). Bumil risti yang ditemukan oleh para penjual sayur akan didampingi Laskar Sakina.
”Kasus kematian ibu di Sempu sebenarnya karena kurang perawatan selama hamil. Kalau dirawat dengan baik dan penanganan persalinan tepat, kematian ibu bisa dicegah,” ujar Hadi.
Puskesmas Sempu pun menunjuk Laskar Sakina dari kader-kader posyandu. Laskar sakina bertugas memastikan bumil risti mendapat asupan gizi yang baik. Saat melahirkan, Laskar Sakina menyiapkan penanganan jika terjadi hal yang mengancam kehidupan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Puskesmas Sempu juga mengerahkan sejumlah kader sebagai motivator pemberian air susu ibu (ASI) dan gizi. Mereka bertugas memastikan bayi yang dilahirkan mendapatkan ASI dan gizi baik.
”Ibu menyusui yang mengalami gangguan ASI akan kami dampingi, edukasi, dan motivasi agar bisa memberikan ASI eksklusif,” kata Hadi.
Ada 53 orang yang diberdayakan Puskesmas Sempu. Pemburu bumil risti ada 10 pedagang sayur, Laskar Sakina 23 kader, motivator ASI dan gizi 20 orang.
Setiap bulan, mereka mendapat insentif uang transpor Rp 50.000 per orang.
Mereka juga mendapat dana operasional dari anggaran Dana Desa.
Pasukan khusus itu sangat membantu warga dan petugas kesehatan. Sempu merupakan wilayah di Kabupaten Banyuwangi di lereng tenggara Gunung Raung. Sebagian wilayah Kecamatan Sempu merupakan lahan pertanian, perkebunan, dan hutan milik Perhutani.
Medan yang sulit kerap dihadapi ibu hamil jika ingin mengakses fasilitas kesehatan. Warga yang tinggal Dusun Seling, Krajan, dan Sidomulyo harus menempuh jarak sekitar 25 km menembus hutan untuk sampai ke Puskesmas Sempu.
Hadi Kusairi mengungkapkan, tahun 2012-2013 tercatat ada 1.000 kelahiran di Sempu. Sebanyak 16 ibu dan 28 bayi meninggal. Artinya, setiap 1,5 bulan seorang ibu melahirkan meninggal dan setiap bulan ada bayi meninggal.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan, angka kematian ibu di Indonesia 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi 24 kasus per 1.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian neonatal (bayi baru lahir) 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Berangkat dari keprihatinan itu, Hadi mengerahkan jajarannya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di Sempu.
Peran suami
Peran suami dalam mencegah kematian ibu dan bayi juga didorong oleh Puskesmas Sempu. Para calon ayah dikumpulkan dalam forum informal.
Program tersebut diberi nama Ngobrol Pintar Bapak Risiko Tinggi (Ngopi Bapak Risti). Dalam kegiatan tersebut, para calon ayah diajak berbincang santai tentang kesehatan kandungan, persiapan kelahiran sambil minum kopi.
Mereka mendapat informasi tentang tanda-tanda kehamilan risiko tinggi. Mereka juga disiapkan menghadapi kelahiran risiko tinggi.
”Kadang ibu malas periksa kesehatan kandungan karena suami kurang mendukung. Melalui kegiatan ini, kami menyampaikan kepada suami agar memberi dukungan kepada istri saat pemeriksaan kehamilan, melahirkan, serta menyusui,” ujar Hadi.
Hasilnya, sejak tahun 2015, angka kematian ibu dan bayi ditekan hingga 0 kasus. Inovasi Sakina yang meliputi pemburu bumil risti, Laskar Sakina, motivator ASI dan gizi, serta Ngopi Bareng Bapak Risti terbukti menekan angka kematian ibu dan bayi. Beragam penghargaan didapatkan Puskesmas Sempu.
Salah satunya masuk dalam 35 Kompetisi Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang diadakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Inovasi Sakina juga mewakili Indonesia di ajang internasional. Sakina dipresentasikan dalam United Nation Public Service Award di PBB tahun 2017.
Sejumlah instansi kesehatan dari beberapa daerah kini berkunjung ke Puskesmas Sempu untuk mempelajari sistem tersebut. Diharapkan dengan replikasi Sakina tidak ada lagi ibu dan bayi yang meninggal akibat kurang perawatan kehamilan.