BATANG, KOMPAS – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah, ditargetkan beroperasi penuh November 2020. Saat ini, progres pembangunan telah mencapai 57,2 persen.
Presiden Direktur PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), Takashi Irie di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, Selasa (30/10/2018) mengatakan, proyek PLTU Batang berkapasitas 2.000 Mega Watt dibangun mulai awal 2016 dengan biaya sekitar Rp 60 triliun. Proyek ini menempati lahan seluas 225 hektar di Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.
Mesin generator yang dipasang kemarin berbobot 400 ton dengan kapasitas 1.000 Mega Watt (MW). “Ini menandai kesiapan pembangkit listrik guna mendukung jaringan penyediaan energi listrik Jawa-Bali,” ujar Takashi disambut tepuk tangan meriah para jajaran direksi dan pekerja PT Bhimasena Power Indonesia.
Proyek ini merupakan pembangkit listrik dengan teknologi ultra super critical (USC) atau sangat ramah lingkungan. Teknologinya setara dengan PLTU Tanjung Jati Jepara, dengan konsumsi batubara lebih rendah hanya 517.000 ton per tahun dan emisi CO2 sebanyak 900.000 ton per tahun.
Takashi mengemukakan, secara konstruksi proyek PLTU Batang sudah mencapai 57 persen. Dia mengakui capaian ini agak lambat dari rencana awal 60 persen pada akhir Oktober. Kondisi ini masih wajar mengingat ada kendala cuaca, maupun ketepatan jadwal. Capaian pembangunan itu sudah hampir lengkap, seperti pelabuhan untuk suplai batubara asal Kalimantan. Selain itu, pembangkit unit 2 juga sudah hampir rampung. Sebagian jaringan transmisi serta gardu induk pun telah terbangun.
Direktur PT BPI, Wasisto Ajinugroho mengatakan, bila pembangunan lancar diperkirakan pembangkit akan beroperasi awal pada Mei 2020 kemudian akan beroperasi secara penuh November 2020. Pemanfaatan listrik dibeli oleh PT PLN selama 25 tahun, untuk mendukung pasokan listrik transmisi Jawa-Bali. Pasokan bahan baku batubara dari Kalimantan sebesar 14.000 Deadweight (DWT). Penanganan abu batubara diambil oleh perusahaan semen regional.
Tenaga kerja
Sebagai bentuk komitmen terhadap kepedulian lingkungan, PT BPI hingga akhir Oktober ini telah memperkerjakan lebih dari 8.963 orang. Dari jumah itu, tenaga lokal sebanyak 8.683 orang (96,88 persen) dan tenaga asing hanya 280 orang. Tenaga lokal itu terdiri warga kabupaten Batang sebanyak 2.636 orang dan warga dari luar Batang sekitar 6.047 orang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Batang, Nasikhin mengatakan, Pemkab Batang dan masyarakat berharap PLTU Batang setidaknya mempercepat pertumbuhan wilayah sekitar lokasi pembangkit listrik. Terlebih lagi, kawasan PLTU Batang ini berada di lokasi yang strategis, di tepi pantai dengan lintasan jalan tol ruas Batang-Semarang serta lintasan rel kereta api Semarang-Jakarta.
Dengan adanya proyek PLTU Batang yang belum beroperasi penuh saja, insfratruktur jalan desa maupun jalan penghubung antarkampung sudah bagus. Kini juga mulai tumbuh berbagai usaha di sekitar pabrik. Semuanya merupakan hasil upaya warga untuk memperoleh manfaat dari kegiatan PLTU.
Senior Manager Program Tanggung Jawab Sosial PT BPI, Bayu Pamungkas menyampaikan, seiring proyek pembangkit listrik, PT BPI juga telah melaksanakan kewajiban dalam pemberdayaan dan kepedulian masyarakat sekitar pabrik. Di sektor ekonomi, sudah berdiri 4 lembaga keuangan mikro (LKM), yang mencakup sebanyak 12.267 anggota dari warga sekitar. LKM memiliki 30 karyawan, dengan jumlah kumulatif pembiayaan Rp 45,5 miliar.
Sektor pendidikan juga tersalurkan 1.783 siswa yang memperoleh beasiswa tersebar di 25 sekolah. Selain itu ada peningkatan kapasitas kesehatan, melibatkan 862 peserta program kesehatan dan 2.667 peserta program ekonomi. Ada program jambanisasi supaya masyarakat hidup bersih. Bantuan jamban menjangkau 224 rumah tangga dari 3 desa dengan rencana perluasan program ke sebanyak 13 desa.