PALANGKARAYA, KOMPAS - Dalam sebulan, enam penderita demam berdarah dengue meninggal di Kalimantan Tengah. Terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan menjadi salah satu penyebab kematian.
”Rata-rata yang meninggal karena terlambat datang ke fasilitas kesehatan. Saat sampai rumah sakit atau puskesmas, pasien dalam keadaan sindrom renjatan dengue (DSS),” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Yayuk Indriati di Palangkaraya, Rabu (31/10/2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng, selama Oktober ada enam penderita demam berdarah dengue (DBD) meninggal dari 145 kasus DBD. Bulan sebelumnya, dua kasus meninggal akibat DBD dari 141 kasus.
Enam kasus meninggal terdiri atas tiga kasus di Kota Palangkaraya, masing-masing satu kasus di Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Seruyan.
”Kami sudah menyurati dinas terkait di semua kabupaten/kota untuk mewaspadai kasus DBD. Kami juga melakukan pengasapan fokus dengan tim dan armada mobil Arbovirus ke daerah-daerah, saat ini masih dilakukan,” ujar Yayuk.
Menurut Yayuk, sejauh ini belum ada penetapan kejadian luar biasa (KLB) di wilayah terdampak DBD. Pihaknya masih terus memantau dan menganalisis perkembangan penyakit.
Salah satu pasien yang meninggal adalah Great Adora Artalita, siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri 14 Kota Palangkaraya. Kepala SDN 14 Palangkaraya Nurmalina membenarkan adanya kejadian tersebut. ”Ada laporan ke kami dari keluarga bahwa anak itu masuk rumah sakit dan positif DBD. Cukup kaget juga, ternyata meninggal,” tutur Nurmalina.
TK Mutiara Insan di Mendawai, Palangkaraya, diliburkan karena 33 siswa demam meski belum semua positif DBD. Ada empat siswa positif DBD dan sempat dirawat di rumah sakit.
Abidin Ahmad (35), salah satu orangtua siswa, menjelaskan, karena banyak yang sakit, sekolah diliburkan sampai Senin (5/11). ”Kami khawatir menular, untung anak saya masih sehat,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Andjar Hari Purnomo mengatakan, pihaknya masih menganalisis kasus DBD di Palangkaraya. ”Sudah banyak upaya kami lakukan. Kami juga gencar melakukan sosialisasi kalau demam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan,” ucapnya.
Menurut Andjar, sebagian besar kasus meninggal karena saat pasien dibawa ke fasilitas kesehatan sudah dalam fase lanjut.
Sampai saat ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng memiliki 615 juru pemantau jentik yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Mereka dibekali pengetahuan dan pemahaman menangani jentik nyamuk pembawa virus dengue. (IDO)