AMBON, KOMPAS - Meski pernah mengalami konflik sosial akibat politisasi agama, Maluku kini menjadi daerah dengan indeks kerukunan tertinggi di Indonesia. Kunci utama membangun kerukunan ialah cinta kasih dan saling mengampuni. Dinamika bangsa yang belakangan diwarnai politisasi agama perlu berkaca pada pengalaman Maluku.
Cerita tentang membangun rekonsiliasi dan merawat kerukunan setelah konflik yang menewaskan hampir 10.000 orang dan membuat pertumbuhan ekonomi Maluku terpuruk hingga minus 27 persen disampaikan Uskup Amboina Mgr PC Mandagi MSC dalam seminar nasional bertema ”Dari Maluku untuk Indonesia, Kita Rawat NKRI yang Damai dan Berkeadilan Melalui Budaya Menyanyi”.
Seminar itu dalam rangka Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik nasional pertama. Acara berlangsung di Islamic Center, Kota Ambon, Maluku, Rabu (31/10/2018).
Selain Mandagi, seminar yang dimoderatori wartawan harian Kompas, Tri Agung Kristanto, ini juga menghadirkan pembicara Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus Pr, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD, dan Direktur Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi.
Pengampunan, kata Mandagi, tidak hanya diungkapkan lewat kata-kata dan doa, tetapi juga dengan bersilaturahmi dengan orang-orang yang terlibat konflik. Saat konflik masih berkecamuk, Mandagi mendatangi rumah seorang tokoh Islam untuk mengucapkan selamat Idul Fitri. Tokoh tersebut, yang kerap terlibat perang opini di media massa dengan Mandagi, kaget melihat Mandagi datang ke rumahnya.
Mandagi beberapa kali mendatangi tokoh tersebut dan tokoh lain untuk bersilaturahmi. Ia bahkan pernah diminta berbicara di masjid. Silaturahmi dan dialog dapat meredakan ketegangan dan membangkitkan rasa saling percaya. Kerukunan pun perlahan mulai tercipta.
”Kemarahan dan kebencian dapat dihancurkan dengan kasih dan saling mengampuni,” ujar Mandagi. Konflik reda setelah empat tahun, lebih cepat dari perkiraan banyak orang.
Gubernur Maluku Said Assagaff dalam sambutan mengatakan, indeks kerukunan di Maluku tertinggi di Indonesia. Banyak orang datang belajar tentang cara Maluku bangkit. Sejumlah negara mengirim utusan ke Maluku, termasuk Myanmar yang kini sedang dilanda konflik horizontal. Maluku, yang dahulu menjadi ”laboratorium konflik”, kini menjadi ”laboratorium kerukunan”.
Lewat menyanyi
Musik dan nyanyian, menurut Mgr Agustinus Agus Pr, menjadi media untuk merekatkan hubungan antarsesama. Dengan bernyanyi, orang akan hanyut dalam kegembiraan. Lewat nyanyian pula pesan damai dapat diselipkan. Agustinus punya hobi menyanyi. ”Dengan bernyanyi bersama, hati orang akan gembira,” katanya.
Mahfud MD menambahkan, lagu juga merupakan sarana pemersatu. Indonesia memiliki banyak lagu nasional yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme.
Selain itu, ada juga lagu bahasa daerah yang menasional. Ketika lagu itu didendangkan, semua orang serempak menyanyikan. Dalam kesempatan itu, Mahfud mengkritik para politisi yang memelesetkan lagu untuk kepentingan tertentu. (FRN)