AMBON, KOMPAS Maluku, bekas daerah konflik akibat politisasi agama, dalam enam tahun terakhir berhasil menggelar tiga kegiatan keagamaan berskala nasional. Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik pertama, yang berakhir pada Kamis (1/11/2018) malam, kembali menggaungkan pesan damai bagi Indonesia dan dunia.
Dua kegiatan skala nasional sebelumnya adalah Musabaqah Tilawatil Quran XXIV tahun 2012 dan Pesta Paduan Suara Gerejawi Kristen Protestan XI tahun 2015. Seperti halnya Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani), dua kegiatan itu juga memberi kesan positif. Semua perbedaan yang ada melebur dalam harmoni yang indah.
Kegembiraan dalam Pesparani kali ini bukan hanya milik umat Katolik. Semua umat agama lain juga terlibat di dalamnya. Seperti dalam susunan kepanitiaan, komposisi umat Katolik kurang dari 5 persen. Sisanya kebanyakan umat Kristen Protestan dan Islam. Pada acara pembukaan dan penutupan, umat agama lain ikut hadir.
Pesparani juga menjadi momentum bertemunya sejumlah budaya mulai dari Aceh hingga Papua. Keragaman budaya itu dipentaskan pada acara pembukaan yang dihadiri belasan ribu orang dan di arena Maluku Expo yang ditonton hampir 10.000 pengunjung. Adapun jumlah peserta Pesparani dari luar Maluku hampir 6.000 orang.
”Pesparani ini mengulang bukti bahwa Maluku menjadi laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia. Mari kabarkan damai ini buat Indonesia, buat dunia,” kata Gubernur Maluku Said Assagaff saat penutupan Pesparani.
Said kembali mengingatkan bahaya politisasi agama yang dapat merusak kerukunan dan kedamaian. ”Semoga kita tidak mudah dibodohi lewat politisasi atas nama agama,” katanya.
Pesan untuk mengabarkan kedamaian dan kerukunan juga disampaikan Uskup Diosis Amboina Mgr PC Mandagi MSC. ”Mari kita diutus menegakkan persaudaraan sejati sebagaimana tema Pesparani kali ini, ’Membangun Persaudaraan Sejati’,” katanya.
Hal senada diucapkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise. Membacakan pesan Presiden Joko Widodo, Yohana mengatakan agar kebinekaan di Indonesia terus dijaga. Pesparani merupakan salah satu ajang untuk memperteguh keharmonisan dan kerukunan itu.
Kaltim juara
Pesparani kali ini melombakan beberapa nomor, di antaranya paduan suara, mazmur, cerdas cermat, dan bertutur tentang isi kitab suci. Berdasarkan keputusan panitia, Kalimatan Timur dinobatkan sebagai juara umum.
Ketua Panitia Pesparani Zeth Sahuburua mengatakan, Musyawarah Nasional Pesparani menominasikan dua kota yang menjadi tuan rumah berikutnya pada 2020, yakni Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan DKI Jakarta. (FRN)