Gerakan Bersih Sungai Karang Mumus Samarinda Kian Didukung
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS - Gerakan membersihkan Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dari sampah, yang diinisiasi warga, semakin melibatkan peran anak muda. Respon banyak muncul dari kalangan mahasiswa, dan organisasi-organisasi kepemudaaan.
“Kebanyakan yang datang untuk membantu membersihkan sungai, dan menanam pohon, adalah sukarelawan,” kata Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Jumat (2/11/2018).
GMSS-SKM mulai dikenal sejak diunggah melalui media sosial, September 2015 lalu. Secara rutin, relawan GMSS-SKM memungut sampah di sungai sepanjang 34,7 km yang membelah Kota Samarinda itu.
Mereka juga mengajak siapa saja yang mau, dari pelajar SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga organisasi kepemudaan. Mereka turun membersihkan sampah di sungai, juga menanam pohon. Semua sampah yang terjaring, diambil, dan diwadahi karung. "Sudah tak terhitung yang mau turun bersama kami," kata Misman.
Hari (Jumat) ini, misalnya, salah satu organisasi kepemudaan di Samarinda, menanam pohon di jalur hijau sungai tersebut. Sebelumnya, Rabu (30/10) lalu, sekitar 50 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman (Unmul), turun ke sungai, dan juga menanam pohon. Selasa (29/10), mahasiswa Unmul Prodi Bahasa Inggris yang jadi sukarelawan.
“Merawat Sungai Karang Mumus, tidak mudah. Tidak serta merta bisa menjadi alami. Butuh waktu, dan jangan kita putus asa. Anak cucu kita yang akan menikmati. Sungai bersih, dan satwa bisa bernafas lega di habitatnya,” katanya.
Sampai saat ini, menurut Misman, sudah lebih 1.000 pohon yang ditanam di kiri kanan Sungai Karang Mumus. Targetnya adalah 10.000 pohon sampai awal tahun 2019. Misman juga ingin masyarakat membiasakan untuk tidak membuang sampah ke sungai.
Samarinda, ibu kota Kaltim, menghadapi banyak masalah lingkungan, dari sampah, banjir, hingga dampak tambang batubara. Kenyataan bahwa sekitar 71 persen wilayah Samarinda adalah konsesi batubara, jelas hal memprihatinkan.
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Pradarma Rupang menyebut, ancaman lingkungan yang dihadapi Samarinda, semakin komplet ketika tambang batubara dibiarkan. Hanya asal menambang, lalu ditinggal, menciptakan banyak masalah lingkungan.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.