PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tidak memperpanjang status siaga darurat bencana asap yang berakhir 31 Oktober. Hal ini dilakukan karena saat ini Sumatera Selatan sudah memasuki masa peralihan menuju musim hujan.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 102/KTPS/BPBD-SS/2018 tertanggal 1 Februari 2018 tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumsel tahun 2018, status siaga darurat berakhir sampai 31 Oktober 2018.
”Berdasarkan surat keputusan itu, per 31 Oktober 2018, status siaga darurat asap dicabut. Hal ini juga karena musim di Sumsel sudah memasuki masa peralihan menuju musim hujan,” kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Anshori, Jumat (2/11/2018).
Dengan pencabutan status siaga darurat, segala operasionalisasi pemadaman melalui udara dan darat dihentikan. ”Pengoperasian 10 helikopter yang disiagakan di Sumsel juga sudah dicabut termasuk untuk teknologi modifikasi cuaca,” ucapnya.
Lebih luas
Berdasarkan rekapitulasi kebakaran lahan, lahan yang terbakar di Sumsel sepanjang tahun 2018 seluas 37.362 hektar. Jumlah ini lebih tinggi dari luas lahan yang terbakar tahun 2017, yakni 9.286 hektar.
Wilayah yang paling luas terbakar tahun ini adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mencapai 19.408 hektar. Tahun lalu, Ogan Ilir menjadi kabupaten dengan lahan terbakar terluas, mencapai 2.614 hektar.
Adapun jumlah titik panas di Sumsel hingga 31 Oktober 2018 mencapai 1.998, lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 1.142 titik panas.
Ansori menyebutkan, meningkatnya jumlah titik panas dan meluasnya lahan yang terbakar disebabkan oleh kondisi lahan yang lebih kering akibat titik curah hujan yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Penetapan status siaga darurat asap dilakukan pemerintah karena tahun ini Sumsel menjadi tuan rumah Asian Games yang dihelat pada 18 Agustus hingga 2 September 2018. Saat itu, pemerintah memetakan 55 desa rawan terbakar di sekitar Kota Palembang. Kerawanan ditetapkan berdasarkan potensi asap yang akan sampai ke Palembang apabila di desa tersebut terjadi kebakaran lahan.
Sepanjang penetapan status siaga darurat, upaya pencegahan dan pemadaman dini terus dilakukan terutama mendekati perhelatan Asian Games. Apalagi saat itu Sumsel memasuki puncak musim kemarau.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo mengatakan, berdasarkan pantauan informasi peta hari tanpa hujan pada dasarian III Oktober, hampir seluruh wilayah Sumsel mendapatkan curah hujan 1-5 hari.
Berdasarkan prediksi BMKG Stasiun Iklim Palembang, Sumsel akan memasuki awal musim hujan pada dasarian III Oktober-dasarian II November. Meski demikian, masyarakat perlu mewaspadai potensi musim peralihan yang masih akan terjadi dengan munculnya hujan tiba-tiba disertai angin kencang dan petir.
Berdasarkan hasil pengamatan cuaca harian, ujar Nandang, kondisi arah angin masih berubah-ubah. Citra satelit Himawari Indonesia masih menunjukan adanya tekanan rendah di sebelah barat Pulau Sumatera, Selat Malaka, dan sebelah barat Kalimantan. Hal itu membuat adanya pertemuan angin dan belokan angin yang terjadi di atas wilayah Sumsel. Kondisi ini berpotensi meningkatkan terjadinya awan hujan yang akan berlangsung sampai tiga hari ke depan.