Ubi Jalar Tuban Potensi Dibuat Es Krim, Martabak, dan Onde onde
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
TUBAN, KOMPAS - Pengembangan agroindustri produk olahan berbahan baku ubi jalar prospektif untuk dikembangkan di Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pengembangan tersebut didasari ketersediaan bahan baku yang melimpah di wilayah itu dengan hasil sekitar 5.000 ton, tetapi selama ini belum diolah dengan optimal.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang kacangan dan Ubi (Balitkabi) Balai Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mendorong peningkatan nilai tambah dengan citra rasa dan penampilan serta kemasan yang menarik agar meningkatkan nilai jual produk ubi jalat.
Temu lapang yang melibatkan petani, penyuluh, peneliti, serta pengambil kebijakan di Jatirogo, Senin (5/11/2018) tidak sekedar menyebarluaskan inovasi teknologi Balitbangtan. Dalam kesempatan itu diperagakan pula pembuatan beberapa produk olahan seperti onde-onde, es krim, martabak manis, selai, dan brownies.
Selain itu juga dipamerkan beberapa produk olahan lain, berupa kue kering berbentuk stik, chocochips, dan lidah kucing. Ada juga kue basah seperti kue mangkok dan kue lumpur serta mie. Semua berbahan ubi jalar.
Mewakili Kepala Balitkabi, Joko Susilo Utomo menjelaskan ubi jalar merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat yang berperan dalam mendukung program diversifikasi dan ketahanan pangan. Ubi jalar juga baik untuk kesehatan karena kaya kandungan serat, vitamin, mineral, antioksidan, dan indeks glikemiknya rendah.
"Bekal ketrampilan mengolah ubi jalar diharapkan meningkatkan penghasilan masyarakat," kata Joko.
Pada temu lapang itu, Balitkabi juga memasyarakatkan varietas unggul seperti Beta 1, Beta 2, Beta 3, Antin 1, Antin 2, Antin 3, Sari, Sawentar, Kidal, dan Papua Solossa. "Verifikasi teknologi budidaya dilakukan sebagai upaya perbaikan teknologi eksisting (yang dilakukan petani) dengan teknologi budidaya rekomendasi Balitkabi," katanya.
Joko menambahkan komponen teknologi pengendalian organisme pengganggu tanaman merupakan faktor pendukung dalam pengembangan varietas unggul. Pada temu lapang kali ini juga disosialisasikan Biopestisida Be-Bas yang berfungsi sebagai pembasmi hama tanaman. Bahan aktif biopestisida Be-Bas diisolasi dari serangga penggerek ubijalar (Cylas formicarius) yang mati terinfeksi cendawan B bassiana.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Tuban merupakan daerah penghasil ubi jalar. Kebun ubi jalar tersebar di Kecamatan Jatirogo, Parengan, Soko, Rengel, dan Plumpang. Total produksi ubi jalar mencapai 4.677 ton dengan luas areal panen 201 hektar. Rata- rata-rata produktivitas pada 2017 sebesar 23,27 ton per hektar.
Pada tahun 2018, areal ubi jalar di Tuban ditargetkan mencapai lebih dari 500 hektar. Sebanyak 66,7 persen atau sekitar 334 hektar berada di Kecamatan Jatirogo.
Camat Jatirogo, Nawawi menyebutkan selama ini pemanfaatan ubi jalar di Jatirogo masih terbatas direbus atau digoreng, sehingga citra dan daya saing produknya relatif rendah. Padahal ubi jalar potensial untuk diolah menjadi beragam produk pangan yang menarik dan bergizi.
Pelatihan pembuatan produk olahan ubi jalar akan memberi bekal ketrampilan produsen dalam pengolahan ubi jalar. Ke depan diharapkan produk olahan es krim, martabak dan lainnya berbahan ubi jalar menjadi keunggulan Jatirogo.
Menurut Nawawi, areal tanam ubi jalar 2017 mencapai 210 hektar, 2018 ditargetkan 336 hektar. Sebagian hasil petani diolah menjadi keripik seperti di Desa Sadang, selebihnya dibeli tengkulak dipasarkan ke Purwodadi dan Semarang, Jawa Tengah juga Jakarta. Sebagian kecil dijadikan bahan pakan ternak
Petani ubi jalar seperti Slamet (47) warga Wotsogo bersama istrinya, Khasimah mengembangkan setengah hektar ubi jalar. Hasilnya bisa untuk membiayai pendidikan dua anaknya hingga kuliah.
.
Di Jawa Timur produksi ubi jalar pada 2010 mencapai 227,743 ton dari 14.828 hektar areal tanam. Produksi terbanyak dihasilkan di Magetan sebanyak 40.679 ton dari 1984 hektar disusul Kabupaten Malang sebanyak 29.381 ton dari 1.680 hektar areal tanam.
Di Tuban sendiri tercatat produksi sebanyak 7.418,495 ton dati 553 hektar areal tanam dan produktivitas mencapai 13,415 ton per hektar.