MATARAM, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 4,6 pukul 09.00 Wita mengguncang wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Selasa (6/11/2018). Guncangan gempa sangat terasa di wilayah Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, yang menimbulkan kepanikan warga, para siswa, dan guru yang kemudian menghentikan aktivitas belajar-mengajar saat itu.
Akibat gempa itu, para siswa dan guru berhamburan keluar ruang diikuti suara tangis para siswa yang berdesakan keluar menjauhi tempat belajar. Tidak lama kemudian para wali murid, yang masih belum hilang trauma mereka pascagempa 29 Juli 2018, berdatangan mencari dan membawa anak mereka pulang.
”Karena situasi panik, apalagi para orangtua murid berdatangan menjemput anaknya, kami minta anak-anak pulang,” ujar Sateriaman, Kepala SDN 3 Sajang, Kecamatan Sembalun. Para guru pun pulang mencari tahu keadaan keluarga dan anaknya. Kegiatan belajar di semua sekolah di Kecamatan Sembalun hari itu pun dihentikan menjelang jam istirahat pukul 09.30 Wita.
Menurut Sateriaman, kegiatan belajar-mengajar akan dilanjutkan esok hari dan seterusnya karena proses pembelajaran tidak boleh berhenti. Kegiatan belajar-mengajar siswa SDN itu menempati sekolah darurat karena gedung SDN 3 rusak dan kini dalam proses awal rekonstruksi dan rehabilitasi.
Kepanikan juga dialami Minardi, warga Desa Sembalun Lawang. Saat itu bersama anggota kelompok tani budidaya bawang putih, mereka mengadakan pertemuan di balai tani. Ketika terjadi gempa, pertemuan baru berjalan beberapa saat. Minardi, dengan sepeda motor, kemudian berhamburan keluar dan menjemput anaknya di sekolah kendati anaknya sudah berada di rumahnya.
Tidak ada korban jiwa ataupun kerusakan rumah, sarana, dan prasarana akibat gempa itu meski terjadi longsoran tanah dan batu di bukit Dusun Dasan Telaga dan Dusun Jorong yang berdekatan dengan permukiman penduduk. ”Longsoran batu dan tanah itu masih menumpuk di lereng bukit itu yang akan tergerus saat musim hujan mendatang,” kata Harmini, Kepala Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun.
Sebenarnya penduduk Kecamatan Sembalun secara perlahan berusaha menghilangkan kondisi psikologis akibat gempa Juli lalu. Penduduk pun mulai pulang dari tenda pengungsian dan mendirikan hunian sementara (huntara) dengan sisa-sisa material bangunan akibat gempa.
”Tidak ada pilihan lain kecuali tetap tinggal di huntara. Kan gempanya juga tidak sebesar beberapa bulan lalu,” ucap Harmini.
Menurut Agus Riyanto, Kepala Stasiun Geofisika Mataram, pusat gempa terletak pada koordinat 8,47 Lintang Selatan dan 116,57 Bujur Timur, atau berlokasi di darat, berkedalaman 10 kilometer, yang berjarak 4 kilometer timur laut Lombok Timur. Guncangan dirasakan di wilayah Lombok Timur dan Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Tengah.
Jika ditinjau dari kedalaman pusatnya, gempa bumi ini jenis gempa bumi dangkal akibat hasil interaksi sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Trust).