Uluran Tangan Para Penjaga Jiwa
Pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP oleh tim SAR gabungan di Posko Tanjung Pakis Karawang, Jawa Barat, terus dilakukan hingga hari ke-10, Rabu (7/11/2018). Tak terhitung kerinduan pada keluarga, terluka, kelelahan, hingga demam mendera para personel. Saat keluhan mulai terasa, terulur tangan-tangan yang peduli kondisi kesehatan dan jiwa mereka.
Wajah lelah Iwan Ariyanto, dokter fungsional Public Service Center 119 Pelayanan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tidak bisa disembunyikan saat panggilan tugas datang lagi. Rabu subuh, dia menerima sejumlah anggota tim penyelam Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut yang memeriksakan kesehatan.
”Salah satu di antara mereka diduga terkena sirip ikan kiper (Scatophagus argus) yang tajam. Beliau sudah diberi antibiotik dan pereda rasa sakit,” kata Iwan. Matanya yang semula layu mendadak bersinar saat mulai menjalankan tugas.
Tim Puskesmas Pakisjaya dan Unit Kesehatan Khusus 119 Kabupaten Karawang menjadi salah satu tim kesehatan yang datang pertama saat evakuasi korban Lion Air PK-LQP dilakukan.
Mereka bergabung dalam Posko SAR Tanjung Pakis untuk memberikan layanan kesehatan bagi tim pencarian di darat, laut dan udara. Tujuannya agar proses pencarian korban dan badan pesawat bisa berjalan lancar.
”Kami menyediakan obat untuk pelayanan dasar, seperti antiobiotik, vitamin, juga obat pereda rasa sakit. Tim SAR perlu didukung supaya kondisinya tidak drop. Mereka perlu stamina prima dan jiwa yang kuat untuk melakukan pencarian yang tidak ringan,” ucap Hendra Priatna Munandar, dokter dari Puskesmas Pakisjaya.
Hendra mengatakan, ada rasa bangga sekaligus haru ketika tenaganya dibutuhkan saat proses evakuasi berlangsung. Lelah menjadi nomor sekian ketika satu per satu anggota tim memeriksakan kesehatan. Sibuk, tetapi dijalani dengan ikhlas.
Dia menggambarkan, anggota tim SAR dari hari pertama pencarian, 29 Oktober 2018, hingga hari ke-7, relatif banyak yang memeriksakan diri ke posko kesehatan.
Memasuki hari ke-8 hingga ke-10, jumlahnya berangsur-angsur berkurang. Sebagian besar yang terlibat dalam tim pencarian di Tanjung Pakis mulai meninggalkan posko utama.
Hendra mengatakan, keluhan kesehatan bervariasi, mulai dari kelelahan fisik, mabuk laut, mual, demam, hingga terluka akibat terbentur mesin perahu.
”Sampai hari ke-10 pencarian korban pesawat, tidak ada tim SAR atau sukarelawan yang sakit parah sampai harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Semua keluhan dapat ditangani di posko ini,” ujarnya.
Salah satu yang merasakan uluran tangan para petugas kesehatan adalah Ikhwan, anggota SAR Bandung. Dia rutin memeriksakan kakinya yang lecet karena terkena mesin perahu.
”Lukanya tidak kunjung kering karena setiap hari kena air laut saat melakukan pencarian. Ia diberi salep untuk mempercepat penyembuhan luka, vitamin, dan antibiotik,” kata Hendra.
Selepas mendapatkan perawatan, Ikhwan segera pamit untuk melakukan kembali misinya. Ia tidak ingin pergi sebelum proses pencarian dihentikan.
Kebersihan dijaga
Jaminan kesehatan tim SAR selama proses pencarian berlangsung tidak hanya menjadi tugas paramedis. Di dapur umum, para sukarelawan juga memastikan semua masakan yang tersedia bebas dari kuman berbahaya. Djoko Paryono, anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang, misalnya, bertanggung jawab menyediakan air bersih.
”Sejak hari pertama pencarian korban sampai hari ke-10, kami berkoordinasi dengan PDAM setempat untuk menyalurkan tiga mobil tangki air bersih setiap hari, setara 15.000 liter untuk dapur umum. Air bersih sangat penting. Personel tim SAR gabungan harus tetap fit jauh dari penyakit. Makanan yang sehat akan memberi semangat untuk jiwa yang kuat,” kata Djoko.
Surya Atmaja, anggota Tagana Kabupaten Bekasi yang turut membantu kegiatan memasak di dapur umum, mengatakan, masakan yang bersih dan sehat untuk tim SAR sangat dijaga.
”Jangan sampai mereka makan nasi bungkus dari dapur umum malah sakit perut. Kami harus memastikan air yang kami gunakan benar-benar bersih. Air dipastikan dari PDAM bukan air sungai payau di sekitar pantai,” katanya.
Ny Ade Ari Puji Asih (58), sukarelawan dapur umum yang juga warga Desa Warung Bambu, Kecamatan Karawang Timur, mengatakan, tugasnya tidak hanya membuat makanan. Ia harus menjamin semua proses memasak dilakukan dengan benar dan bersih. Dampaknya fatal jika diabaikan. Proses pencarian pasti terkendala.
”Meski bekerja dalam kondisi serba darurat, kami harus menjaga makanan sehat. Minimal, mencuci tangan saat bekerja. Saya di sini untuk meringankan petugas evakuasi, bukan menambah beban,” katanya.
Komandan Lapangan Posko SAR Tanjung Pakis Karawang Imam Rosyadi sangat mengapresiasi dukungan dari Dinkes Karawang dan Dinsos Karawang yang menyediakan posko kesehatan dan dapur umum. Kedua pihak setia menemani tim SAR gabungan mencari jasad korban dan tubuh pesawat di Karawang.
”Kami sangat terbantu, apalagi ketika anggota amat kelelahan, dari posko kesehatan bisa memberikan vitamin untuk memulihkan stamina, juga obat-obatan lain ketika anggota drop.
Polda Jabar juga sempat mendatangkan psikolog. Hal ini sangat bermanfaat bagi anggota yang menghadapi stres tinggi akibat medan yang tidak ideal atau didera rindu pada keluarga,” ujar Imam.
Ditutup, tetapi tetap siaga
Namun, perpisahan tetap terjadi. Iwan bersama dokter dan perawat lain, Rabu pukul 14.00, menutup posko kesehatan dan meninggalkan Posko SAR Tanjung Pakis.
Meski Badan SAR Nasional (Basarnas) mengumumkan proses pencarian korban kecelakaan pesawat Lion Air ditambah tiga hari menjadi 13 hari sampai Sabtu (10/11), perpanjangan proses pencarian hanya dilakukan oleh awak Basarnas. Petugas SAR lain dan personel dinas kesehatan dipersilakan kembali pada tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Iwan menyatakan, meski posko ditutup, pihaknya tetap bersedia jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Petugas medik akan tetap siaga. Telepon selulernya akan terus hidup, bersiap merawat beragam gangguan kesehatan tim yang masih tersisa.
”Kami tetap bersedia meski tidak di sini lagi. Hanya posko yang tutup, tetapi hati dan tenaga kami terus terbuka selama dibutuhkan. Semoga seluruh anggota tim sehat lahir dan batin untuk menjalani misi atas nama kemanusiaan ini,” ucap Iwan.
Di tengah lelah yang mendera, kiprah para penjaga kesehatan itu memberikan banyak pelajaran. Semangat demi membantu sesama mengalahkan segalanya. (Samuel Oktora)