JAMBI, KOMPAS — Kasus pemerkosaan terhadap anak di Jambi kian memprihatinkan. Dua kasus yang baru-baru ini diungkap menunjukkan korban pemerkosaan adalah remaja dengan pelaku anak-anak di bawah umur yang bergantian melakukan pemerkosaan.
Wakil Direktur Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jambi Ajun Komisaris Besar Syarif Rahman mengatakan, dari belasan kasus pemerkosaan yang ditangani sepanjang tahun ini, sebagian korbannya masih di bawah umur. ”Yang lebih parah, para korbannya diperkosa beramai-ramai,” kata Syarif, di Jambi, Kamis (8/11/2018).
Kasus terbaru, seorang remaja korban kecelakaan lalu lintas diperkosa oleh penolongnya sendiri. Syarif menceritakan, korban berinisial MDH (16) mengendarai speda motor menuju kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi di Sengeti.
Dalam perjalanan, sepeda motornya terpeleset dan ia pun terjatuh. Saat itu, pelaku datang menolong korban. Dengan sepeda motor tersebut, ia membawa korban ke sebuah warung makan dekat situ dengan maksud ingin mengobati luka korban.
Bergantian
Di warung, ia memesankan minuman yang diduga dibubuhi obat. Setelah minum, korban tak lama kemudian merasa pusing. Pelaku lalu membawa korban dengan sepeda motornya ke sebuah rumah tak jauh dari warung. Pelaku berinisial RA (22) lalu mengajak empat temannya. Mereka pun bergantian memerkosa MDH.
Dari semua pelaku, baru RA yang hingga kini berhasil ditahan. Empat lainnya masih dalam pencarian.
Sebelumnya, tim Ditreskrimum Polda Jambi menangani kasus OCH (13) yang juga diperkosa secara bergantian. Salah satu pelaku adalah teman korban sendiri.
Awalnya, korban bertemu dengan pelaku yang berinisial AA di sekitar kantor Gubernur Jambi di Kota Jambi. Mereka lalu menuju Desa Anak di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari. Di sana ternyata sudah ada tujuh teman pelaku. Karena merasakan firasat tidak baik, korban pun meminta pulang, tetapi pelaku menolak. Selanjutnya, AA dan teman-temannya bergantian memerkosa korban.
Menurut Syarif, kasus itu ditangani setelah pihaknya mendapatkan laporan langsung dari para korban dan orangtuanya. Para korban didapati dalam kondisi depresi berat. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Sosial untuk mendampingi dan memulihkan trauma mereka. ”Kondisi para korban ini depresi berat dan butuh pemulihan fisik ataupun psikis,” katanya.
Direktur Beranda Perempuan, lembaga yang mendampingi dan memberdayakan perempuan, Zubaidah, menilai ada kecenderungan perhatian dan pengawasan dari orangtua terhadap anak-anaknya menurun. Hubungan yang longgar menyebabkan anak lebih banyak bergaul di luar rumah. Sering kali pula didapati anak-anak kurang memahami rambu-rambu yang aman dalam pergaulan. Ia pun kerap mendapati anak menjadi korban kekerasan dan pemerkosaan seksual. Jika itu dibiarkan terus terjadi, akan semakin banyak korban berjatuhan.
Perdagangan anak
Kamis kemarin, Polda Jambi juga mengusut kasus perdagangan anak yang menjadi korban seksual. Tim menangkap seorang perantara dan dua pasangan di Hotel F di Kota Jambi. Si perantara berinisial RDP (21) memperdagangkan salah satu korbannya yang masih berusia 18 tahun. Si korban dijual seharga Rp 2 juta per orang.