Pemda Bali Bantah Terjadi Wabah ”Japanese Encephalitis”
Oleh
Ayu Sulistyowati
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bali melalui dinas kesehatan menegaskan tidak ada wabah japanese encephalitis di Bali selama periode tahun 2018. Hingga Jumat (9/11/2018) petang, Dinas Kesehatan Bali hanya mencatat satu dugaan kasus penderita japanese encephalitis.
Oleh karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Bali Ketut Suarjaya membantah adanya pemberitaan dari salah satu media asing yang menyiarkan Pulau Bali tengah terserang wabah japanese encephalitis.
”Hal itu tidak benar dan dinas mengeluarkan surat keterangan resmi mengenai bantahan atas pemberitaan yang tidak benar soal wabah japanese encephalitis ini,” kata Suarjaya, di Denpasar, Jumat (9/11/2018).
Ia pun menjelaskan tidak pernah dikonfirmasi oleh media tersebut, yakni media www.9news.com.au juga media daring News.com.au dan Dailymail.co.uk. Harapannya, masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh pemberitaan tersebut.
Selama tahun 2018, dinas menggelar vaksin japanese encephalitis massal dengan sasaran anak-anak usia 9 tahun sampai 15 tahun. Sasaran vaksin ditujukan sekitar 930.000 anak se-Bali. Kelompok usia ini yang paling rentan terhadap infeksi yang dapat menyebabkan pembengkakan otak.
Realisasi hingga saat ini, cakupan vaksinasi tercatat 101,78 persen dari target. Dinas tetap menerima permintaan vaksinasi dari masyarakat di masing-masing puskesmas. ”Saya dapat meyakinkan Anda bahwa pulau ini tidak mengalami wabah penyakit saat ini, apalagi wabah japanese encephalitis,” kata Suarjaya menegaskan.
Suarjaya menjelaskan bahwa Bali pernah mencatatkan kasus japanese encephalitis tertinggi yang dilaporkan di Indonesia. Kasus tersebut sebanyak enam kasus pada 2014, 22 kasus pada 2015, dan 17 kasus pada 2016.
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah di Denpasar merupakan rumah sakit rujukan tersier dengan bangsal khusus untuk penyakit yang sangat menular. Hal ini guna mengantisipasi adanya dugaan kasus japanese encephalitis dan Bali siap dengan peralatan serta pelayanan medisnya.
Infeksi virus pada otak yang disebabkan oleh virus japanese encephalitis umumnya disebarkan oleh nyamuk yang terinfeksi. Ini bisa menyebabkan radang otak, yang terjadi 5-15 hari setelah infeksi. Gejala yang terkait dengan japanese encephalitis termasuk mual, muntah, sakit kepala, demam, dan kebingungan.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardhana Sukawati yang juga Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali meminta industri pariwisata lokal untuk tetap tenang dalam menanggapi pemberitaan media asing tersebut.
”Data resmi kami telah dengan jelas menyanggah laporan-laporan itu di media asing dan sudah dijelaskan pula kepada mitra-mitra asing,” katanya.
Pada April lalu, puskesmas seluruh Bali menggandeng posyandu semua banjar di Bali untuk mengajak vaksin massal gratis. Orangtua pun antusias ke posyandu mengajak anak mereka yang berusia 9-15 tahun. Beberapa sekolah dasar di Denpasar juga menggelar vaksin tersebut.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.