MALANG, KOMPAS — Ibu-ibu anggota komunitas perca dari beberapa kota di Indonesia serta beberapa jaringannya di luar negeri mengirim 450 selimut untuk anak-anak korban gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah. Selimut perca yang diberi nama ”selimut kasih” tersebut dibuat secara manual oleh tangan-tangan para ibu setelah bencana melanda Sulawesi Tengah.
Selimut diterbangkan ke Palu dengan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara secara bergelombang. Gelombang pertama dikirim 100 lembar selimut dan sisanya dikirim pada Jumat (9/11/2018) pukul 09.00 WIB.
”Kami berterima kasih kepada semua pihak yang turut menyumbangkan selimut buatannya. Kami juga berterima kasih dibantu oleh TNI AU melalui komunitas Garini Craft Club asuhan Ibu Bryantira dan Ibu Hesti, di mana selain membantu menyumbang selimut, juga membantu membawa selimut ke Palu,” tutur Rika, koordinator kegiatan tersebut.
Selimut kasih tersebut dibuat antara lain oleh ibu-ibu di Surabaya, Malang, Yogyakarta, Solo (Solo Raya Fabric Club), Pati, Salatiga, Sidareja, Bandung, Jabodetabek, Medan, Rumbai, Pekanbaru, Palembang, dan Binjai. Selain itu, turut menyumbang jaringan ibu-ibu di Qatar, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Terkumpul lebih kurang 450 selimut kasih.
Kegiatan gotong royong menyumbang selimut untuk korban gempa bumi di Sulawesi Tengah tersebut dicetuskan pada Oktober 2018 oleh Ibu Pingkan, Ketua Pesona Perca Nusantara. Ide itu langsung disambut baik oleh anggota komunitas lain di sejumlah daerah.
”Diawali ibu-ibu di Surabaya, kegiatan membuat selimut tersebut menyebar luas sehingga banyak sekali teman yang tergerak untuk ikut berpartisipasi membuat selimut cantik hasil karya tangan mereka untuk saudara-saudara kita di Teluk Donggala,” ujar Rika.
Adapun rangkaian kegiatan dimulai dengan acara pengumpulan dana melalui bazar amal yang bertajuk ”Creative Sharing and Caring Bazaar by Needle Craft Lover” pada 21 Oktober 2018 di Gramedia, Plaza Semanggi, Jakarta. Sebagian ibu-ibu juga menyumbangkan kit (peralatan) untuk membuat selimut perca.
”Melihat anak-anak di Palu sangat senang dengan selimut itu, ibu-ibu ikut terharu dan menangis. Semoga bermanfaat untuk mereka yang baru saja mengalami bencana,” kata Lusiana Limono, perajin perca asal Kota Malang.