SINGAPURA, KOMPAS - Industri pemutaran film daring terus berkembang. Namun, konten film pertelevisian masih diminati banyak orang. Konten film dinilai menjadi indikator utama dalam persaingan industri film daring dan televisi.
Hal itu dikatakan CEO Netflix Reed Hastings dalam acara Netflix Slate Asia yang dilaksanakan di Singapura pada Kamis-Jumat (8-9/11/2018). Acara yang bertema ”See What\'s Next: Asia” itu diikuti jurnalis dari 200 media di Asia dan influencer, seperti selebgram, blogger, dan pengisi konten media lainnya.
Hastings mengatakan, pengguna Netflix di Amerika Serikat mencapai 50 persen dari total penduduk. Jumlah itu terus naik. Total Netflix memiliki 138 juta pengguna di 190 negara.
”Di sisi lain, beberapa film di HBO atau konten televisi lainnya juga meningkat. Jadi, ini bukan hanya soal platform, melainkan juga konten. Pengguna mencari film yang baik, itu bisa ada di TV atau di Netflix,” kata Hastings seperti dilaporkan wartawan Kompas, Dionisius Reynaldo T, dari Singapura.
Hasting mencontohkan, film serial Narcos atau House of Cards yang berkembang pesat. Serial yang hanya diputar di Netflix itu menjadi pendulang banyak pengguna. Namun, di sisi lain, HBO juga punya beberapa serial unggulan, contohnya Games of Thrones.
Dengan munculnya berbagai jenis media pemutaran film daring, industri televisi justru lebih berkembang dan selektif baik dalam membuat film maupun gelar wicara (talkshow). Hal itu menghidupkan persaingan antara industri daring dan televisi.
Netflix pun berinvestasi membuat film dengan menghabiskan sekitar 13 miliar dollar AS, nilai yang lebih besar dari studio mana pun di Hollywood. Dengan dana seperti itu, Nerflix bisa membuat 82 judul film dalam setahun. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan seperti Warner Brothers yang hanya mampu membuat 23 judul film dalam satu tahun.
”Kami berinvestasi pada cerita atau kisah yang kemudian dibagikan ke semua orang di dunia. Nah, hal terpenting dalam berbagi cerita adalah membangun koneksi dengan latar belakang budaya yang berbeda,” kata Hastings.
Tahun 2019, Netflix membuat 17 film dan serial konten Asia. Sebelumnya, film Indonesia, The Night Comes for Us, sudah tayang dan mendapat respons positif dari Netflix.
Chief Content Officer Netflix Ted Sarandos mengungkapkan, lebih dari separuh konten Asia di Netflix ditonton oleh pelanggan di luar Asia. Apalagi, dengan fitur terjemahan 20 bahasa membuat pelanggan lebih mudah menikmati film.
”Kami percaya bahwa produksi Asia selanjutnya akan mendapatkan penggemar di Asia dan kawasan lainnya,” kata Ted.
Menurut Ted, pembuat skenario atau pembuat cerita di Asia memiliki rasa yang berbeda dengan film dari negara lain. Soal tempat dan budaya menjadi alasan film Asia diminati banyak pengguna Netflix.
Di Indonesia, banyak komunitas film yang masih mencari tempat untuk bisa menayangkan karya-karya film mereka. Di beberapa daerah, seperti Makassar, Yogyakarta, dan Palangkaraya, menjadikan bioskop atau bahkan layar berpindah sebagai media.