Menjaga Keseimbangan Harga dan Ketersediaan Jagung
Ketersediaan jagung dan keseimbangan harganya perlu dijaga agar tidak menimbulkan gejolak. Harga jagung juga harus membuat petani untung, tetapi juga jangan sampai membuat peternak buntung, begitu pula sebaliknya. Kebutuhan jagung untuk bahan pangan olahan dan bahan pakan ternak juga butuh data riil agar tidak terjadi ketimpangan.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto dalam Safari Panen Jagung di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (10/11/2018). Kondisi riil di Lamongan menunjukkan stok jagung ada dan melimpah. ”Hanya saja, sebaran produksi secara nasional belum merata,” katanya.
Sumardjo menjanjikan akan membantu alat pengering ultraviolet untuk menjaga kualitas jagung. Selain itu juga akan ada bantuan benih dan mesin panen multiguna.
Bupati Lamongan Fadeli menegaskan, ketersediaan jagung di Lamongan tidak ada masalah. Total produksi tahun ini hingga Oktober mencapai 550.214 ton. Pada 2017 produksi mencapai lebih dari 571.000 ton, naik dibandingkan dengan produksi 2016 sekitar 370.000 ton.
Berkat kesadaran petani menanam jagung dengan cara tidak konvensional lagi, produksi yang semula hanya 5-6 ton per hektar kini rata-rata bisa mencapai 9 ton per hektar. Kini, di Lamongan jagung dikembangkan di 15 kecamatan.
Bahkan, berkat sentuhan teknologi dan bibit unggul, ada produksi jagung yang di atas rata-tata. Ia mencontohkan, di Brondong produksi mencapai 10-14 ton dalam 1 hektar.
”Kami ingin mendorong tumbuhnya produk olahan bukan cuma dijual dalam bentuk jagung pipilan kering begitu saja. Di setiap desa nantinya harus ada Warung LA. Jualannya mirip minimarket, tetapi 30 persen produk warga setempat, semisal jus jagung rasa durian,” papar Fadeli.
Fadeli menilai, ketersediaan jagung cukup. Ia meminta Kementan tidak perlu impor. Yang perlu dilakukan pemerintah saat ini, kata Fadeli, menjaga keseimbangan harga. Tujuannya petani jagung menikmati keuntungan, peternak juga tidak menjerit karena tingginya harga pakan.
Harga jagung perlu dijaga jangan sampai kurang Rp 4.000 per kilogram (kg). Tetapi, harganya juga jangan sampai lebih dari Rp 5.000 agar tidak memukul peternak. ”Jangan ada permainan dengan menahan stok di gudang. Stok harus dikeluarkan untuk menjaga keseimbangan,” kata Fadeli.
Ia menyatakan, saat ini, stok di gudang di Lamongan saja mencapai 6.800 ton. Produksi di Lamongan juga terus digenjot dengan program pertanian jagung modern (tani jago).
Program itu bisa mengatrol produksi rata-rata dari 5,8 ton menjadi 9 ton per hektar. Produktivitas itu diikuti lonjakan produksi, 2015 sebanyak 323.550 ton, 2016 sejumlah 370.000 ton, 2017 sebesar 571.080 ton, dan 2018 sampai Oktober sebanyak 550.214 ton.
Produktivitas rata rata tahun lalu mencapai 8,3 ton per hektar. Produktivitas tahun ini mencapai 9 ton per hektar berkat penerapan pertanian jagung modern.
”Kalau ada bantuan bibit, jangan bibit dari varietas yang bukan varietas unggul. Pola tanam rapat diharapkan mendongkrak produksi sampai 13 ton per hektar. Ini akan meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Fadeli.
Wakil Asisten Teritorial TNI Angkatan Darat Brigadir Jendral Gathut Setio Utomo, yang ikut hadir, menyatakan, TNI mendukung program pemerintah yang menyejahterakan rakyat. Program pemerintah bisa sia-sia dengan adanya tengkulak, permainan harga, dan penimbunan.
Ia meminta, setelah petani Lamongan menerima lima pengering ultraviolet, kualitas jagung meningkat. Ia meminta alat itu dikelola dengan baik. ”Sayang, kan, harga per unit hampir Rp 1 miliar, tapi kalau tidak dipelihara bisa rusak,” katanya.
Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Viva Yoga Mauladi mengemukakan, petani di Lamongan sebenarnya bisa panen sepanjang musim berkat adanya Sungai Bengawan Solo. Dukungan alat pengering lima unit tahun ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas produksi jagung, padi, dan kedelai.
Menurut Viva, pemerintah bisa menahan impor jagung 3,5 juta ton senilai lebih kurang Rp 10 triliun. Kalau ada rencana impor 50.000 ton sampai 100.000 ton itu untuk mengantisipasi cuaca ekstrem dan menjaga harga agar terkendali.
Saat ini, harga jagung basah di Lamongan mencapai Rp 4.700-Rp 4.800 per kg dan kering mencapai Rp 5.200-Rp 5.300 per kg. ”Jika nyatanya ada panen dan stok seperti di Lamongan melimpah bisa jadi ada anomali pasar, distribusi tersendat, transportasi tak lancar, tata niaga masih buruk, atau ada yang ditimbun,” ujar Viva.
Viva mendukung pelibatan TNI dalam mengawal kemandirian dan kedaulatan pangan. Anggaran serap gabah petani dari Rp 50 miliar diusulkan naik menjadi Rp 300 miliar pada 2019.
Ia siap memfasilitasi bantuan tambahan rumah burung hantu untuk memberantas tikus serta alat panen multiguna. Sebanyak 10.000 bibit jagung siap didistribusikan di Lamongan untuk mendukung pola tumpangsari padi-jagung atau jagung-kedelai
Petani jagung di Bulubrangsi, Ahmad Rodhi, berharap mendapatkan benih sesuai kondisi asam basa (pH) tanah. Benih itu untuk menambah areal baru.
Bantuan alat pengering akan sangat membantu terlebih saat musim hujan. Selama ini baik padi, jagung, maupun yang lainnya hanya dijemur di jalan ataupun halaman rumah.