BANDA ACEH, KOMPAS — Nelayan Aceh mengeluh lantaran bahan bakar solar bersubsidi tidak mencukupi kebutuhan. Akibatnya, aktivitas melaut tidak maksimal. Mereka berharap pasokan solar bersubsidi ditambah.Pantauan Kompas, Senin (12/11/2018), di Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBN) Pelabuhan Lampulo Baru, Banda Aceh, Provinsi Aceh, tidak ada pelayanan pengisian bahan bakar. Informasi dari beberapa nelayan, sudah dua hari SPBN tersebut tutup lantaran stok solar habis.
Sementara di SPBN yang lain, masih di kawasan Pelabuhan Lampulo, belasan nelayan mengantre minyak. Puluhan jeriken diletakkan di atas becak. ”Saya sejak pukul 06.00 antre belum dikasih minyak. Katanya ada minyak, tetapi mereka (pengelola) sedang rapat,” kata Edi, seorang nelayan, saat ditemui sekitar pukul 11.00 di SPBN.
Edi mengatakan, kadang dirinya antre seharian, tetapi tidak mendapatkan minyak karena kehabisan stok. Hari itu, Edi membawa 15 jeriken ukuran 30 liter. Dia bertugas mengantre bahan bakar untuk beberapa nelayan lainnya.
Untuk mendapatkan solar subsidi di SPBN, lanjut Edi, kapal harus terdata di Unit Pelayanan Teknis Dinas Pelabuhan Lampulo. Jika tidak mendapatkan solar, mereka terpaksa libur melaut. Untuk kapal ukuran 3 GT yang biasa dipakai nelayan pancing ikan, sekali melaut dibutuhkan 100 liter solar.
Menurut Edi, jumlah kapal ukuran di bawah 3 GT di Lampulo dan Pulo Aceh ratusan. Solar bersubsidi di SPBN hanya diperuntukkan bagi kapal di bawah 30 GT. ”Saya heran, jumlah kapal di sini sangat banyak, tetapi kenapa pasokan solar tidak ditambah,” kata Edi.
Kepala UPTD Pelabuhan Lampulo Nurmahdi mengatakan, setiap SPBN Pelabuhan Lampulo mendapatkan pasokan 200 ton solar per bulan. Namun, sistem distribusi dilakukan sebanyak 8 ton per hari. Artinya, selama sebulan terdapat lima hari tidak ada pasokan solar.
Dibandingkan dengan jumlah kapal yang sandar di Pelabuhan Lampulo, kata Nurmahdi, pasokan solar tidak seimbang. Dalam seminggu, jumlah kapal ukuran 5 GT hingga 30 GT yang sandar di Pelabuhan Lampulo mencapai 200 kapal. Dengan pasokan 8 ton per hari, bahan bakar hanya cukup untuk 8 sampai 10 kapal ukuran 5 GT-30 GT per hari.
”Usulan penambahan pasokan sudah kami sampaikan kepada Pertamina, tetapi belum ada respons,” kata Nurmahdi.
Wakil Sekretaris Lembaga Panglima Laot Miftah Cut Adek mengatakan, kekurangan pasokan solar subsidi untuk nelayan terjadi di semua kabupaten di Aceh. Nelayan masih hidup dalam keterbatasan, seharusnya pemerintah menjamin ketersediaan solar agar mereka bisa melaut dengan maksimal. ”Bagaimana nelayan mau sejahtera, mau melaut saja solar langka,” ujar Miftah.Rudi Ruffianto dari Humas Pertamina bagian Sumatera mengatakan, Pertamina menyalurkan sesuai kebutuhan berdasarkan perhitungan. Namun, setelah ada laporan kekurangan, pihaknya akan menghitung ulang kebutuhan solar untuk nelayan di Aceh.