MANADO, KOMPAS — Rumah panggung tradisional Minahasa yang diproduksi di Tomohon, Sulawesi Utara, kini diekspor ke 30 negara yang tersebar di Afrika, Asia, hingga Eropa. Banyak negara meminati rumah tersebut karena keunikannya dan memiliki konstruksi yang tahan gempa.
Wali Kota Tomohon Jimmy Eman, di Manado, Selasa (13/11/2018), mengatakan, ekspor rumah panggung memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Perajin rumah panggung melakukan interaksi langsung dengan pembeli. ”Rumah panggung diminati masyarakat dunia karena bentuknya unik dan tahan gempa,” ujarnya.
Menurut Jimmy, dari 30 negara tujuan ekspor, Tanzania dan Belanda tercatat memesan paling banyak rumah panggung tersebut. Pada 2016, Tanzania membeli 100 unit tipe besar dengan empat kamar tidur senilai total Rp 70 miliar.
Jimmy mengatakan, ekspor ke Tanzania untuk kebutuhan bisnis pariwisata dan perhotelan di negara tersebut. ”Rumah panggung Minahasa berbahan baku kayu besi (ulin), cocok untuk kondisi cuaca Tanzania,” katanya.
Pada tahun yang sama, perajin juga mengekspor rumah panggung ke Australia, Selandia Baru, dan Kaledonia Baru. Ekspor rumah panggung Tomohon beranjak membaik pada 2010 dengan nilai ekspor mencapai 31 juta dollar AS.
Jimmy mengungkapkan, ekspor terkini rumah panggung adalah ke Maladewa sebanyak 20 unit dengan nilai 289.000 dollar AS dan Malaysia senilai 49.000 dollar AS.
Transaksi ekspor menggunakan mata uang dollar AS, ujar Jimmy, menguntungkan perajin disebabkan tingginya nilai tukar dollar AS saat ini. Ekspor juga memberikan keuntungan ganda bagi perajin yang diberangkatkan ke negara tujuan untuk melakukan pemasangan rumah tersebut.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Darwin Muksin mengatakan, peluang ekspor rumah panggung terbuka mengingat banyaknya negara peminat.
Ia menyebutkan, data ekspor nonmigas Sulut hingga Oktober 2018 meningkat 7,62 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi ekspor rumah panggung pun cukup signifikan, sekitar 4 persen.
Butuh dukungan
Kelurahan Woloan di Tomohon sudah ditetapkan pemerintah daerah sebagai kawasan pusat industri rumah panggung di Sulut. Kelurahan yang terletak di sebelah barat Kota Tomohon itu memiliki 100 pengusaha rumah panggung dengan jumlah tenaga kerja mencapai 1.000 orang.
Meski rumah panggung menjadi andalan produk ekspor, perhatian Pemerintah Kota Tomohon dinilai masih minim. Sejumlah pengusaha mengharapkan adanya sentuhan modal ataupun bantuan peralatan untuk menopang usaha mereka.
”Program pemerintah kota hanya pelatihan manajemen. Kami butuh bantuan peralatan mengeringkan kayu,” kata Albert, pengusaha setempat.
Perajin juga kadang mengalami kendala bahan baku karena harus mendatangkan kayu besi dari Gorontalo atau Sulawesi Tengah. Ketika kayu dibawa ke Tomohon, tak jarang mereka dihadang petugas kepolisian. Sebuah rumah rangka bertingkat membutuhkan 40-50 meter kubik kayu besi.