Menikmati Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah berkeliling kawasan dengan kendaraan klasik roda empat. Petualangan baru yang menghadirkan sensasi lain sebagai alternatif moda tradisional seperti delman dan sepeda.
Mobil jip mini merah terparkir di salah satu sudut jalan Desa Candirejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis (18/10/2018) siang. Menjelang sore, sang pemilik, Tatak Sariawan, menghidupkan mesin. Suzuki Jimny keluaran 1984 itu siap dibawa ke Puncak Suroloyo, perbatasan Magelang dan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berjarak sekitar 10 km dari Desa Candirejo, medan yang dilalui menuju salah satu puncak tertinggi di Bukit Menoreh itu berupa tanjakan dan turunan curam. Namun, tenaga mobil lawas itu tidak bisa diremehkan.
Semakin mendekat ke Puncak Suroloyo, hawa dingin mulai merasuk. Jalur yang dilahap kian curam. Di kiri dan kanan membentang pepohonan besar berseling rumah-rumah penduduk. Simbok-simbok dan para bocah bertelanjang dada setia melambaikan tangan dan melempar senyum ramah.
Setelah tiba di tempar parkir Suroloyo, pengunjung akan berjumpa dengan lebih dari 200 anak tangga. Namun, rasa lelah menaiki tangga terbayar dengan pemandangan indah. Dari sini, Candi Borobudur tampak terselip di antara hijau hutan dan perbukitan.
Menurut Tatak, yang juga Koordinator Divisi Wisata Independent Off Road Community, Magelang, menikmati keindahan Borobudur dengan menggunakan jip merupakan wisata alternatif. ”Biasanya, yang tertarik mereka yang senang adventure dan ingin melihat sisi lain Borobudur,” ujarnya.
Tatak yang juga Ketua Koperasi Desa Wisata Candirejo mengatakan, selama ini paket berkeliling Borobudur didominasi dokar dan sepeda ontel. Pada 2010, mulai muncul paket keliling dengan jip yang menawarkan sensasi lain melahap jalur ekstrem di sekitar Borobudur. Wisata alternatif itu terus berkembang.
Kini, di komunitas tersebut terdapat sekitar 80 jip. ”Pilihan destinasi beragam. Selain Puncak Suroloyo, juga ke Jurangjero yang medannya lebih menantang dan Watu Kendil di Desa Candirejo,” ujar Tatak.
Apabila hendak ke Suroloyo atau Jurangjero tarifnya Rp 750.000 per jip untuk tiga orang. Sementara ke Watukendil Rp 500.000 per orang. Sistem pesan diterapkan karena peminat kerap membeludak.
Mobil camat
Selain jip, pilihan lain berkeliling di seputaran Borobudur adalah dengan mobil Volkswagen atau VW Safari kap terbuka. Berbeda dengan jip yang menawarkan petualangan ekstrem di perbukitan Menoreh, paket VW menyodorkan perjalanan santai nan elegan mengelilingi sejumlah balai ekonomi desa (balkondes) di Kecamatan Borobudur serta tempat-tempat wisata seperti Puthuk Setumbu dan Bukit Rhema.
Prana Aji, Ketua Borobudur VW Cabrio, mengatakan, semua berawal dari berkumpulnya para penggemar VW Safari di Borobudur pada September 2016.
Saat itu terdapat sekitar delapan mobil yang kemudian ditawarkan sebagai sarana transportasi wisata keliling para pelancong.
”Salah satu alasannya karena mobil safari punya nilai historis, yakni pada 1970-an menjadi mobil dinas camat di seluruh Indonesia. Sebagai penggemar, kami mencoba melestarikannya sekaligus menjadikannya pilihan transportasi bagi wisatawan di Borobudur,” kata Aji.
Seiring waktu, pemilik VW Safari kian bertambah dan kini ada 50 mobil di kawasan Candi Borobudur. Paket yang ditawarkan bergantung durasi, yakni Rp 350.000 untuk 2,5 jam dan Rp 850.000 untuk tur sehari. Para pengemudi juga dilatih memandu wisatawan.
”Kami juga melayani wisatawan hingga ke Ketep Pass yang berjarak 27 kilometer dari candi. Meski magnetnya tetap Borobudur, kami coba mengangkat potensi lokal sekitar Magelang,” katanya.
Setiap hari tersedia juga 10 mobil khusus untuk melayani para pengunjung di dalam area Candi Borobudur dan bisa langsung dipesan di tempat. Tarifnya lebih murah karena rutenya hanya berkeliling di sekitar candi.
Dua paket wisata ini layak dijajal para pelari Borobudur Marathon dan keluarga. Sambil melepas lelah setelah berlari, ada baiknya santai sejenak menikmati keindahan alam sekitar Candi Borobudur dari atas mobil klasik.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Iwan Sutiarso mengatakan, munculnya moda transportasi berbasis komunitas turut mengenalkan sejumlah destinasi lain di sekitar Borobudur.
Semakin banyak alternatif obyek wisata, akan semakin membuka peluang wisatawan untuk memperlama waktu tinggal di Borobudur sehingga lebih berdampak pada ekonomi lokal. (DIT)