SEMARANG, KOMPAS Dalam rangka menyiapkan generasi penerus bangsa, proses belajar-mengajar di setiap sekolah harus mengedepankan logika dan etika. Dengan demikian, akan tercipta suasana belajar yang baik, profesional, serta rasa saling menghormati di antara guru dan para siswa.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo terkait tindakan tak terpuji sejumlah siswa SMK Nahdlatul Ulama (NU) 03 Kaliwungu, Kabupaten Kendal, terhadap gurunya. Video terkait hal itu beredar luas di media sosial pada Minggu (11/11/2018).
Gatot mengatakan, peristiwa itu terjadi dalam suasana bercanda. ”Namun, sudah saya peringatkan agar tidak diulang. Proses pembelajaran di kelas jangan meninggalkan logika, etika, dan estetika. Sedekat apa pun guru dengan siswa hal-hal itu harus tetap ditanamkan,” ujar Gatot, di Semarang, Senin (12/11).
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (8/11) di kelas X Teknik Kendaraan Ringan.
Pada pukul 13.00, menjelang berakhirnya jam pelajaran, sejumlah siswa saling melempar kertas dan salah satu kertas mengenai sang guru, Joko Susilo. Saat Joko bertanya siapa yang melempar, tak ada yang mengaku.
Sejumlah siswa malah maju dan mencandai Joko dengan gerakan seperti mendorong-dorong. Joko meresponsnya dengan gerakan tendangan seperti mengajak berkelahi. Sambil tertawa, para siswa meresponsnya juga dengan gerakan hendak menendang. Rekaman peristiwa itu menjadi viral.
Kepala SMK NU 03 Kaliwungu Muhaidin menegaskan tidak ada pemukulan atau pengeroyokan siswa terhadap guru. ”Namun, kami menyadari guyonan tersebut melampaui batas wajar. Kami sudah melakukan penanganan pada anak dan pemanggilan orangtua,” ujar Muhaidin dalam keterangannya.
Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Kendal Ibnu Darmawan berjanji meningkatkan pengawasan dan pembinaan terkait kesiswaan, profesionalitas guru, dan proses pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan seperti melalui lokakarya terus dilakukan agar hal-hal serupa tidak terulang.
Terkait sanksi terhadap siswa-siswa yang ada dalam rekaman video, lanjut Ibnu, akan dilakukan secara internal. ”Kami memiliki prosedur standar operasi. Ada semacam poin yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tindakannya. Sekolah akan menangani hal tersebut,” ujarnya.
Pembinaan dalam rangka menyikapi peristiwa itu juga dilakukan pada upacara Senin pagi. ”Kami sampaikan kepada kepala sekolah, para guru, dan staf dalam rangka pembinaan. Pembinaan ini kami lakukan selama satu semester, baik oleh LP Maarif maupun kepala sekolah kepada guru dan siswa,” kata Ibnu.
Gatot menambahkan, SMK NU 03 Kaliwungu adalah sekolah yang menjadi tanggung jawab yayasan karena bukan satuan pendidikan yang didirikan pemerintah. Namun, pihaknya tetap akan melakukan pembinaan kepada sekolah tersebut agar proses belajar-mengajar berjalan kondusif.
Dia sudah mengingatkan kepada sejumlah kepala sekolah di Jateng agar peran guru sebagai fasilitator benar-benar berjalan. ”Pengawasan dalam pembelajaran oleh sekolah penting dan perlu ditingkatkan. Komunikasi dan kolaborasi antara kepala sekolah dan guru harus berjalan,” ujar Gatot.
Lebih lanjut, dia menegaskan, pihaknya terus mendorong peningkatan budaya disiplin. Selain itu, para siswa juga dituntut menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Dengan demikian, siswa akan memiliki 4C, yakni critical thinking (bepikir kritis), creative, communicative, dan collaborative. (DIT)