Cegah Gizi Buruk, Pemprov Luncurkan Program "Bangga Papua"
Oleh
Fabio Costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Papua menyiapkan program Bangun Generasi dan Keluarga Sejahtera atau yang disingkat Bangga Papua bagi 11 kabupaten. Program berupa pemberian anggaran sebesar Rp 200.000 untuk setiap anak itu merupakan salah satu upaya mencegah masalah gizi buruk yang sering terjadi di pedalaman Papua.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Muhammad Musaad seusai Lokakarya Capaian dan Tantangan Program Gerakan Bangkit Mandiri dan Sejahtera Harapan Seluruh Rakyat Papua (Gerbangmas Hasrat Papua) di Jayapura, Kamis (15/11/2018).
Musaad memaparkan, anggaran dari program Bangga Papua tersebut akan digunakan untuk pembelian makanan bergizi bagi ibu dan anak serta biaya pendidikan untuk pendidikan anak usia dini.
Adapun ke-11 kabupaten yang menjadi sasaran program Bangga Papua adalah Lanny Jaya, Asmat, Paniai, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Puncak Jaya, Nduga, Yahukimo, Dogiyai, dan Mappi. Tiga kabupaten pertama yang mendapat program tersebut adalah Lanny Jaya, Asmat, dan Paniai. Jumlah anak di ketiga kabupaten itu sekitar 18.000 anak.
“Gubernur Papua Lukas Enembe secara simbolis akan memberikan anggaran Bangga Papua kepada perwakilan Pemkab Asmat, Lanny Jaya, dan Paniai pada peringatan Otonomi Khusus di Papua pada 21 November nanti,” kata Musaad.
Musaad mengatakan, pihaknya menyalurkan anggaran program tersebut ke Bank Papua di setiap kabupaten. Pembuatan rekening bank atas nama ibu dari anak tersebut. “Pencairan anggaran Bangga Papua dilakukan setiap tiga bulan. Aparatur kampung dan pihak Bank Papua secara langsung mengawasi dan memberikan pendampingan,” tutur Musaad.
Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Umum Daerah Agats di Asmat, Helen Mayasari Subekti, mengungkapkan, hingga Rabu, masih terdapat satu anak dengan kondisi gizi buruk yang dirawat di rumah sakit itu. Selama rentang waktu Juli hingga Oktober, sebanyak empat anak balita dengan kondisi gizi buruk disertai komplikasi penyakit serius meninggal dunia di Asmat.
“Penyebab anak-anak ini menderita gizi buruk dan sakit komplikasi karena pola asuh orang tua yang salah. Misalnya, ibu jarang memberikan ASI bagi bayi, minimnya pola hidup sehat, dan anak-anak terpapar asap rokok dari orangtuanya. Pihak orangtua pun kerap tak mau anaknya dirawat dalam waktu yang lama di puskesmas atau rumah sakit. Sikap seperti inilah yang harus diubah,” ungkap Helen.