YOGYAKARTA, KOMPAS—Inovasi teknologi dalam pengolahan dan pengemasan produk kuliner tradisional bisa memperluas pasar produk itu hingga tingkat internasional. Keragaman kuliner tradisional Indonesia menjadi peluang peningkatan ekonomi masyarakat karena pelaku usaha kuliner tradisional adalah kelompok usaha kecil dan menengah.
Hal ini mengemuka dalam acara pembukaan Puncak Bulan Teknologi 2018, yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Yogyakarta, di Taman Pintar, Kota Yogyakarta, Kamis (15/11/2018).
“Teknologi meningkatkan nilai tambah bagi produk pangan tradisional. Daya saing produk juga terangkat karena produk makanan tradisional bisa berkompetisi dengan makanan modern,” kata Deputi Ilmu Pengetahuan Teknologi LIPI Yan Rianto.
Yan menjelaskan, salah satu inovasi teknologi yang bisa diterapkan untuk produk kuliner tradisional adalah pengalengan. Ia menilai, pengalengan produk kuliner tradisional itu mampu membuat produk tersebut lebih mudah diedarkan secara lebih luas.
“Dengan adanya penerapan teknologi pengalengan, produk pangan tadisional bisa mengglobal karena dijadikan oleh-oleh. Yang mungkin selama ini hanya bisa dimakan di tempat (wisata). Hal ini meningkatkan perekonomian daerah karena bisa jadi salah satu faktor promosi Pariwisata,” kata Yan.
Kepala BPTBA Hardi Julendra mengungkapkan, pihaknya telah mengembangkan teknologi pengalengan dan mengajak kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari berbagai daerah untuk memanfaatkan teknologinya itu.
“Ada sekitar 100 UMKM, tetapi belum semua berhasil dipasarkan karena masih dalam pengembangan. Dari jumlah tersebut, sedikitnya ada dua produk kuliner tradisional yang berhasil dipasarkan, yaitu Empal Gentong dan Gudeg,” kata Hardi.
Hardi menyatakan, saat ini, sains dan bisnis harus maju bersama. Kerja sama antara BPTBA LIPI dengan para pelaku UMKM itu menjadi bentuk nyata dari upaya maju bersama. Peneliti pun seharusnya melakukan penelitian yang bisa disambungkan dengan dunia usaha.
“Teknologi ini sangat penting bagi UMKM. Percuma apabila riset tetapi tidak ada yang memanfaatkan. Kami memilih teknologi yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka,” kata Hardi.
Sementara itu, Yan mengungkapkan, inovasi teknologi menjadi penting agar bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain. UMKM pun diminta untuk memanfaatkan teknologi agar bisa meningkatkan daya saingnya sehingga perlahan menguatkan perekonomian negara ini.
“Sebuah bangsa harus inovatif kalau mau bersaing di kancah internasional. Agar bisa berinovasi, kita harus menguasai teknologi. Hal ini penting juga untuk UMKM. Jadi, UMKM tidak sekadar menjual produknya saja tetapi memiliki konten teknologi yang semakin tinggi sehingga bisa lebih berdaya saing,” papar Yan.
Terkait hal itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyampaikan, pihaknya mendorong agar UMKM menggunakan teknologi untuk mengembangkan produknya. Ia meyakini, pemanfaatan teknologi oleh UMKM mampu meningkatkan kualitas produksi mereka.
Maman Rahmawan, Kepala Sub Direktorat Informasi dan Pengolahan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), mengatakan, teknologi pengalengan kuliner tradisional dapat menambah segmentasi pasar dari produk kuliner tersebut.
“Karena, makanan tradisional kan biasanya itu dari warisan ya. Dari para pemilik yang terdahulu, lalu ditularkan ke anak cucunya. Bagaimana bisa menawarkan makanan itu jadi branding yang milenial sehingga kalangan penikmatnya tidak hanya yang tua, tetapi juga yang muda,” kata Maman.