Keselamatan Penumpang Angkutan Pariwisata Harus Jadi Prioritas
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Sejumlah kecelakaan yang terjadi pada angkutan pariwisata, termasuk di Jawa Tengah, menjadi perhatian pemerintah daerah. Pemenuhan standar pelayanan dan keselamatan didorong, salah satunya penyediaan fasilitas tempat istirahata bagi pengemudi.
Kepala Seksi Pengembangan Usaha Pariwisata, Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Bambang Siswanto, mengatakan, 61 persen kecelakaan dikarenakan perilaku pengemudi. Selain kelaikan kendaraan, kondisi pengemudi harus diperhatikan.
"Kami berharap, ke depan, setiap destinasi harus memiliki tempat istirahat bagi pengemudi," kata Bambang, di sela-sela Bimbingan Teknis Peran Pemda dalam Pemenuhan Stadar Pelayanan dan Keselamatan Angkutan Pariwisata Jateng, di Semarang, Rabu (14/11/2018).
Selama ini, sejumlah pengemudi bus pariwisata kerap beristirahat di tempat seadanya, bahkan tidur di dalam bus. Hal itu, menurut Bambang, akan memengaruhi kondisi fisik pengemudi.
Bambang mencontohkan, tempat istirahat pengemudi yang baik dan layak seperti di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Dengan memperhatikan kebersihan dan kenyamanan, pengemudi dapat beristirahat dengan optimal, sehingga dapat kembali prima saat mengemudi.
Selain itu, lanjut Bambang, pihaknya juga berharap penyedia jasa mengecek armada atau angkutan yang akan digunakan. "Harus selalu dicek apakah kendaraannya baru atau bekas, lalu kondisinya bagus atau tidak. Dan yang penting, jaga perilaku untuk tidak mengebut," katanya.
Pada Senin (1/10), empat orang tewas akibat kecelakaan tunggal bus pariwisata terjadi di Tol Kanci-Pejagan, Kabupaten Brebes. Sementara pada Sabtu (13/10), tujuh orang tewas akibat kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.
Direktur PO D\'Nasima, penyedia jasa bus pariwisata, Dewi Nasima, menuturkan, pihaknya secara rutin, dalam 3 bulan, melakukan pengecekan secara menyeluruh. Selain pengecekan wajib, pihaknya juga mendatangi dealer kendaraan untuk memastikan kendaraan prima.
Armadanya pun memiliki alat monitoring yang memantau posisi armada. "Selain itu, kami juga memasang alat yang mampu mendeteksi kecepatan bus. Apabila melebihi batas kecepatan tertentu, sensor akan berbunyi. Kami langsung meminta driver menurunkan kecepatan.
Peneliti Transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, salah satu kelemahan di Jateng ialah jarang ada angkutan umum yang langsung menuju destinasi wisata. Sehingga, akhirnya wisatawan menggunakan kendaraan transportasi rental.
"Perlu ada angkutan umum terjadwal, satu jam sekali, misalnya untuk rute Solo-Borobudur atau Semarang-Borobudur. Misal, hanya berhenti di Ambarawa. Ini akan baik," ujar Djoko.
Adapun di Dataran Tinggi Dieng, yang merupakan salah satu destinasi utama di Jateng, kini bus-bus besar berkapasitas 60 penumpang hanya boleh hingga Terminal Wonosobo. Dari situ, wisatawan dapat menggunakan bus-bus kecil ke Kawasan Dieng.
Bambang mengatakan, itu penting karena Dieng ialah satu dari empat kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) di Jateng, selain Candi Borobudur, Situs Purbakala Sangiran, dan Kepulauan Karimunjawa. "Kenyamanan wisatawan bagian dari Sapta Pesona," ujarnya.