Petani kopi arabika di Kabupaten Bangli dan Buleleng, Bali, mulai merintis produksi madu kopi kualitas premium yang mengedepankan kualitas terbaik. Madu kopi ini merupakan hasil panen lebah madu hutan dan dari kebun kopi robusta di Sekumpul (Buleleng) dan arabika Kintamani (Bangli).
Panen awal rintisan yang dilakukan pada Oktober 2018 hingga Rabu (14/11/2018) mengasilkan 40 liter madu dari tujuh orang petani di lahan seluas 5 hektar. Madu dijual dalam kemasan botol kaca dengan harga Rp 400.000 per gram untuk merek Madu Bali. Sementara ini pemasaran menggunakan sistem daring.
Pengusaha Kopi Bali Arabica, Komang Sukarsana, mengatakan, pihaknya mengajak petani kopi robusta di Kabupaten Buleleng untuk berkolaborasi merintis produksi madu kopi. “Madu kopi ini memiliki prospek membantu nilai tambah petani kopi. Madunya memiliki pasar secara ekonomi dan lebahnya membantu penyerbukan di kebun kopi,” kata Sukarsana, di Desa Ulian, Bangli.
Pada setiap kemasan madu, tertulis nama dan asal kebun, nama petani, dan bulan produksi. Sukarsana sengaja menyantumkan nama petani madu kopi sebagai penghargaan terhadap petani serta membangun kebanggaan menjadi petani.
Sebelumnya, lanjutnya, kemasan madu kopi itu menggunakan botol minuman bekas berwana hijau gelap. Penjualannya atau pemasarannya hanya ke masyarakat sekitar perkebunan. Satu botol berisi 700 mililiter dijual seharga Rp 300.000.
Sekarang, kemasan dibuat lebih menarik dan bermerek. “Selain itu, setiap 10 persen hasil keuntungan, disumbangkan kepada petani untuk pembuatan rumah-rumah lebah,” jelas Sukarsana.
Petani kopi robusta di Sekumpul, Gede Suparman optimis prospek bertani kopi semakin baik. Gede merupakan salah satu petani kopi yang telah dijalankan turun-temurun. Ia juga mengajak pemuda sekitarnya untuk bertani kopi. Ajakan mengembangkan madu kopi juga membuatnya bersemangat.
Madu kopi ini berasal dari lebah-lebah yang mengangkat nektar dari bunga-bunga kopi. Bonusnya, lebah tersebut mengantarkan serbuk-serbuk sari yang membantu proses pembuahan bunga.
Produksi madu kopi ini masih mengandalkan lebah liar, yakni lebah madu timur (Apis cerana) dan lebah madu hutan (Apis dorsata). "Lebah-lebah di kebun kopi masih liar belum dibudidayakan," kata Sukarsana.
Ke depan, petani akan membudidayakan lebah madu timur. Sukarsana menambahkan produksi madu kopi ini dapat memperkaya menu wisata kebun kopi.
Wisatawan asing maupun domestik yang datang untuk menjelajah kebun kopi, membuat serta meracik kopi langsung dari kebun pun dapat dikenalkan pula produk madu kopi dari hasil kebun kopi robusta maupun arabika.