Ajang Borobudur Marathon 2018 tidak hanya mempercepat degup jantung para pelari, tetapi juga meningkatkan denyut ekonomi warga. Dampaknya dirasakan langsung tidak hanya di sekeliling Borobudur, tetapi juga kawasan Magelang, Jawa Tengah.
Hampir semua lini usaha, Jumat (16/11/2018), mengaku tengah bersiap menyambut kedatangan 10.000 pelari Borobudur Marathon. Kemarin sore, semua kamar telah dibersihkan dan disiapkan, sementara warung-warung makan telah menambah stok bahan makanan.
Penambahan stok antara lain dilakukan pengelola Warung Makan Sehati di Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, yang menyediakan menu spesial mangut ikan beong, khas Kali Progo.
Istiqomah (45), pemilik warung makan itu, mengatakan, ajang Borobudur Marathon kali ini istimewa karena bersamaan dengan musim hujan yang juga musim panen ikan beong.
Jika pada akhir pekan mereka biasanya menyiapkan 70-80 kilogram ikan, mulai awal November ikan yang digunakan minimal dua kuintal. ”Khusus 17 dan 18 November, saya menyiapkan 3-4 kuintal ikan beong,” ujarnya.
Persiapan itu berkaca dari antusiasme pelari menyerbu warungnya pada Borobudur Marathon 2017.
Agus Rohmad (42), pemilik Warung Beong Asli Borobudur di Desa Ringinputih, Kecamatan Borobudur, juga bersukacita menyambut Borobudur Marathon.
Pada 2017, ajang tersebut meningkatkan penghasilannya hingga 30 persen. Khusus mangut beong, dia menyiapkan bahan baku 15 kg beong per hari, lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa 7-10 kg.
Ajang Borobudur Marathon juga membuat 160 kamar dari 19 balai ekonomi desa (balkondes) di Kecamatan Borobudur habis dipesan. Aryan Subekti (35), pengelola Balkondes Ngargogondo, mengatakan telah menerima pemesanan sejak sebulan lalu.
Sebanyak 17 kamar habis dipesan para pelari pada Sabtu dan Minggu. ”Bahkan, ada yang memperpanjang hingga Senin,” ujarnya.
Sebanyak 17 kamar itu berkapasitas 2-3 orang. Jika hari biasa ditawarkan Rp 500.000 per malam, khusus pada Borobudur Marathon disewakan Rp 550.000 per malam.
Nunik Anggraini, resepsionis Balkondes Kembanglimus mengatakan, semua kamar homestay telah penuh sejak dua pekan lalu. Balkondes Kembanglimus menyediakan tiga kamar berkapasitas masing-masing tiga orang, delapan kamar berkapasitas masing-masing dua orang, dan satu bangunan bangsal untuk 12 orang.
Homestay jadi incaran para pelari karena jaraknya dekat dengan titik start di Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur. Harjuno (58), pemilik Homestay Djanoko, mengatakan, pesanan dilakukan sejak empat bulan lalu. ”Untuk 17 November, semua homestay sudah penuh,” katanya.
Maria Widya, Corporate Revenue and Distribution Manager Plataran Borobudur, mengatakan, sejak dua bulan lalu 75 kamar hotel dan 21 vila Plataran Borobudur telah penuh terisi untuk 17-18 November. Di Kecamatan Borobudur sedikitnya ada 10 hotel dan puluhan guest house serta homestay.
Abbet Nugroho, Manager Marketing, Promosi, dan Event Aktivasi Balkondes PT Patra Jasa mengatakan, ajang seperti Borobudur Marathon dapat menjadi sarana promosi bagi 19 balkondes di Kecamatan Borobudur.
Selain itu, pelari tamu dari sejumlah negara akan memberikan pelajaran penting agar warga semakin profesional di dunia pariwisata.
”Ajang seperti Borobudur Marathon akan membuat warga sadar bahwa ini saatnya menjadi pelaku wisata di desanya. Tidak lagi berebut mencari keuntungan sebagai pedagang kaki lima di kawasan Candi Borobudur,” ujarnya.
Ekonomi berputar
Perputaran ekonomi juga terasa pada Borobudur Marathon 2018 Expo di Mal Artos, Kota Magelang. Sejumlah gerai memamerkan aneka produk, termasuk potensi lokal khas Jawa Tengah, seperti batik tulis lasem dan tas rajut.
Sri Hartatik (30), perajin batik dari Lasem, Kabupaten Rembang, mengatakan, antusiasme terutama datang dari para pelari di luar Jateng. Dia menyediakan 400 potong kain batik dengan harga berkisar Rp 150.000-Rp 4 juta per lembar.
Gerai tas rajut milik Sumartini (45) asal Sentolo, Kulon Progo, DIY, juga ramai dikunjungi para pelari setelah mengambil race pack di Mal Artos. Sejumlah tas sudah terjual dan ada yang memesan.
Syahrudin, Ketua Komunitas Wisata Pesona Magelang, mengatakan, agar upaya promosi wisata lebih maksimal, ajang sport tourism seperti Borobudur Marathon bisa ditambah dengan kegiatan tur wisata bagi pelari. (EGI/DIT)