Menteri Agama: Musibah adalah Ujian untuk ”Naik Kelas”
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak warga yang terdampak gempa, likuefaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah agar tidak larut dalam kesedihan. Peristiwa ini adalah ujian yang mesti dihadapi dengan prasangka baik agar ”naik kelas”. Tidak semua orang diberi kesempatan mendapat ujian berat.
”Saya ingin memaknai peristiwa, gejala alam, ini sebagai wujud kasih sayang Allah karena musibah bisa dimaknai sebagai ujian. Hanya orang-orang yang akan dinaikkan derajatnyalah yang diberi ujian oleh-Nya. Karena kita ‘naik kelas’ tidak bisa begitu saja. Harus melalui fase ujian,” kata Lukman dalam sambutannya di MAN 1 Kota Palu, Sulteng, Senin (19/11/2018).
Lukman mengunjungi beberapa tempat dan rumah ibadah di Palu yang terdampak gempa, likuefaksi, dan tsunami pada 28 September. Selain di MAN 1, Lukman antara lain juga ke MTsN 3 Palu, Wihara Eka Dharma Manggala, Gereja GPID Eben Haezer, dan Masjid Al-Ikhlas.
”Mari kita sikapi ini dengan penuh ketegaran, penuh kesabaran. Kita bisa merasakan manis jika tahu rasa pahit. Tuhan memberi kesedihan agar kita bisa lebih baik mensyukuri kegembiraan dan kebahagiaan. Saya mengajak seluruh ASN (aparatur sipil negara) di Kemenag untuk bangkit melayani umat. Ini sudah hari ke-50 atau ke-51. Cukup bagi kita untuk tidak lagi larut dalam kesedihan,” kata Lukman.
Kepada para pelajar, Lukman juga beberapa kali mengatakan agar mereka jangan bersedih. Peristiwa gempa, likuefaksi, dan tsunami yang telah dilalui akan menambah pengalaman bagi pelajar. ”Ini bisa kita lihat dari kacamata positif dan negatif. Jika melihat dari sisi negatif, ya, negatif,” ujarnya.
MAN 1 Palu termasuk sekolah yang mengalami kerusakan berat. Semua ruangan tidak bisa digunakan meski bangunan sekolah masih terlihat berdiri. Kondisi retak terlihat di banyak titik. ”Hanya ruang guru dan aula yang bisa kami gunakan karena paling terlihat utuh,” ujar Zaenab, Kepala MAN 1 Palu.
Pantauan Kompas, pelajar MAN 1 Palu menempati ruang-ruang kelas darurat di halaman sekolah. Ruang kelas darurat ini hanya bersekat papan-papan kayu dan beratap terpal. Sadam, siswa kelas X, mengutarakan kerinduannya pada kelasnya. ”Di tenda (kelas darurat) panas. Tapi, tidak mengapa,” kata Sadam sembari tertawa.
Pendeta I Gede Mandia dari GPID Eben Haezer juga meyakini bahwa ujian berat ini akan membawa kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. ”Kita semua gotong-royong, saling membantu, dan semakin akrab,” katanya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.