MAGELANG, KOMPAS Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mengevaluasi dan memperbaiki penyelenggaraan ajang lari Borobudur Marathon. Dengan upaya ini, tiga tahun mendatang, ajang lari ini ditargetkan mampu dilaksanakan dengan kualitas optimal setara ajang lari internasional.
”Tiga tahun lagi, pada tahun 2021, kualitas penyelenggaraan Borobudur Marathon diharapkan sudah setara World Marathon Majors (WMM) seperti Tokyo Marathon,” ujar Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, Minggu (18/11/2018).
Sebagai upaya pembenahan, Pemprov Jateng akan mengevaluasi hasil penyelenggaraan Borobudur Marathon selama dua tahun terakhir. Mereka juga akan menganalisis kekurangan Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng dengan melakukan survei dan membandingkan dengan penyelenggaraan Tokyo Marathon di Jepang. Kunjungan ke Jepang dijadwalkan Maret 2019.
Sejauh ini, menurut Ganjar, hal yang banyak dikeluhkan pelari antara lain kurang memadainya hotel dan tempat menginap lainnya di kawasan Borobudur. Menyikapi masalah tersebut, Pemprov Jateng bersama Bank Jateng, akan berupaya mendorong warga setidaknya menyediakan satu kamar di rumahnya untuk dibenahi menjadi kamar atau tempat menginap berkelas internasional.
”Jika warga setuju dan merespons gagasan ini, Bank Jateng akan segera mendukung pendanaan untuk membangun kamar-kamar berkelas internasional tersebut,” ujar Ganjar.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, pihaknya menyambut baik penyelenggaraan Borobudur Marathon karena berdampak positif bagi kesejahteraan warga sekitar.
Dalam tiga hari terakhir, ajang lari ini sudah meningkatkan laju perputaran uang di Kabupaten Magelang, ditandai padatnya penginapan dan peningkatan keramaian di jalan, warung-warung makan, dan toko oleh-oleh.
”Jika panitia atau Pemprov Jateng merasa Borobudur Marathon perlu dibenahi, kami siap membantu apa pun pembenahan yang dibutuhkan,” ujarnya.
Untuk mengatasi kekurangan tempat menginap, Zaenal mengatakan, pihaknya segera membicarakan masalah ini dengan para pengelola penginapan, warga sekitar, serta pengelola homestay. ”Kami akan bersama- sama merumuskan berapa sebenarnya jumlah kamar yang dibutuhkan dan bagaimana bisa memenuhi kekurangan itu,” ujarnya.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto sebelum melepas para pelari pada kategori 10K mengatakan, kualitas Borobudur Marathon terus membaik. ”Mudah-mudahan nantinya bisa sekelas Boston Marathon atau Tokyo Marathon. Kemenpora akan membantu,” katanya.
Lebih baik
Mayoritas peserta Borobudur Marathon 2018 menilai penyelenggaraan ajang tersebut sudah jauh lebih baik. Secara umum mereka menilai panitia perlombaan sudah menyiapkan lomba dengan sangat rapi dan tertib.
Kelebihan ajang ini adalah rute yang indah dengan pemandangan sawah, perkampungan, dan Candi Borobudur. Cuaca tempat berlari pun sejuk, tidak pengap seperti perkotaan.
Namun, ada sejumlah masukan agar ajang lari itu menjadi semakin baik. Nurhadianto Herry Wibowo (40), salah satu pelari, menyampaikan, jalur yang banyak menanjak, bahkan beberapa cukup curam, bisa memicu risiko cedera otot paha. ”Mungkin tidak terlalu datar, tetapi jangan sampai tanjakannya terlalu curam,” ujarnya.
Bonaventura (32) dari Yogyakarta berharap variasi buah diperbanyak. Selain itu, ada air dingin dan manis seusai finis agar stamina cepat kembali.
Perbaikan kualitas pada Borobudur Marathon 2018 adalah penggunaan garis biru (blue line) di lintasan lari, pengamanan (sterilisasi) kawasan dari aktivitas warga, serta penerapan sistem cut off time (waktu tempuh maksimal) juga cut off point (waktu tempuh minimal pada satu titik) menjadi modal positif bagi kemajuan penyelenggaraan.
”Garis biru sangat membantu pelari karena itu kan titik terdekatnya,” kata atlet nasional Atjong Tio Purwanto yang ikut pada kategori 10K.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menyatakan komitmen menjadikan ajang Borobudur Marathon sebagai mesin penggerak ekonomi rakyat. Dia mencontohkan, perputaran uang sepanjang pelaksanaan Borobudur Marathon mencapai puluhan miliar rupiah.
”Kami menargetkan perputaran uang yang berdampak langsung kepada masyarakat dari ajang ini setidaknya Rp 20 miliar,” ucapnya.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, salah satu kendala yang dikeluhkan sejumlah pelari pada Borobudur Marathon 2018 itu adalah faktor cuaca mengingat suhu mencapai 36 derajat.
”Itu menguras stamina. Sebelumnya kami perkirakan akan turun hujan pada pagi hari,” ujarnya.
Budiman menambahkan, evaluasi akan dilakukan agar kualitas penyelenggaraan terus meningkat. Itu untuk mewujudkan mimpi ke depan, membuat Borobudur Marathon masuk dalam WMM setingkat dengan event seperti Boston Marathon dan Tokyo Marathon.
Rute Borobudur Marathon sudah disertifikasi Asosiasi Maraton dan Lari Jarak Jauh Internasional (AIMS) sejak 2017 dan berlaku lima kali penyelenggaraan (hingga 2021). Menurut Budiman, seiring upaya meningkatkan kualitas lomba, bukan tak mungkin ada rute baru dengan jalan yang lebih lebar, sehingga kapasitasnya lebih banyak. Pelari pun akan lebih nyaman.