BANDA ACEH, KOMPAS — Kerugian yang timbul akibat banjir dan longsor yang melanda beberapa kabupaten di Provinsi Aceh pada pekan lalu diperkirakan mencapai Rp 14 miliar. Namun, secara akumulatif, banjir yang bisa terjadi beberapa kali dalam setahun dan bahkan selalu berulang itu menimbulkan kerugian hingga ratusan miliar.
Nilai kerugian dihitung dari kerusakan yang terjadi pada infrastruktur, rumah warga, dan lahan pertanian. Perbaikan infrastruktur harus ditanggung APBD masing-masing kabupaten.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Selasa (20/11/2018), mengatakan, di Kabupaten Pidie banjir pekan lalu menyebabkan jalan nasional penghubung Kabupaten Aceh Barat dengan Kabupaten Pidie ambles sepanjang 150 meter. Satu jembatan gantung dan empat rumah warga rusak.
Di Aceh Utara, banjir menyebabkan lahan pertanian warga terendam, beberapa rumah warga rusak, dan tanggul sungai jebol. ”Data sementara total kerugian akibat banjir mencapai Rp 14 miliar,” kata Dadek. Kerusakan infrastruktur itu menjadi beban keuangan pemerintah kabupaten masing-masing dan memicu timbulnya kerugian negara.
Terus terjadi
Pada awal Oktober 2018 banjir melanda sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Hasil penghitungan BPBA, nilai kerugian saat itu mencapai Rp 35 miliar.
Sementara pada akhir 2017, banjir melanda 23 kecamatan di Aceh Utara selama sepekan. Pemkab Aceh Utara mengeluarkan hasil kajian dampak banjir dengan kerugian mencapai Rp 299 miliar. Nilai kerugian ini dihitung dari kerusakan jalan, jembatan, kerusakan lahan pertanian, dan rumah warga.
Artinya, tiga kali bencana banjir telah menyebabkan kerugian sebesar Rp 348 miliar. Jika bencana tersebut bisa dicegah, nilai kerugian bisa ditekan.
Menurut Dadek, rehabilitasi setelah bencana menggunakan dana dari APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten. ”Sebagian besar rehabilitasi ditanggung oleh APBD masing-masing,” ujar Dadek.
Bencana banjir hampir setiap tahun melanda sebagian kabupaten di Aceh. Daerah yang menjadi langganan banjir di antaranya Aceh Utara, Pidie, Aceh Jaya, Aceh Singkil, Nagan Raya, Aceh Barat, dan Subulussalam. Banjir kerap melanda kawasan yang sama dan telah menjadi langganan, misalnya di Aceh Utara kawasan Lhoksukon, di Pidie kawasan Tangse, dan Aceh Jaya kawasan Teunom.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, dalam setahun, kerugian yang ditimbulkan oleh bencana hidrologi di Aceh itu mencapai Rp 1,5 triliun. Walhi menghitung kerugian itu dari kerusakan fasilitas publik, lahan pertanian, dan potensi pendapatan warga dari lahan tersebut. Banjir juga mengakibatkan terganggunya pelayanan publik, sekolah diliburkan, dan aktivitas ekonomi tidak lancar.