Inovasi Desa Jadi Jalan Meningkatkan Kesejahteraan
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Bursa Inovasi Desa untuk terus merangsang lahirnya inovasi berbasis desa. Inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Inovasi-inovasi desa muncul sesuai dengan potensi dan kebutuhan di setiap desa. Namun, inovasi tersebut bisa ditiru dan dimodifikasi untuk diterapkan di desa lain.
Ketua Tim Inovasi Kabupaten Banyuwangi sekaligus Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Banyuwangi Zen Kostolani mengatakan, semangat inovasi desa ialah mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa.
”Kesejahteraan tersebut dapat terwujud bila inovasi desa berhasil mempermudah pelayanan publik, meningkatkan ekonomi desa, serta meningkatkan nilai sosial dan ekologi di desa,” ujar Zen di Banyuwangi, Kamis (22/11/2018).
Pelayanan publik yang efektif dan efisien membuat warga tidak banyak menghabiskan waktu dan tenaga dalam mengakses layanan publik sehingga warga masih bisa bekerja atau mengurus rumah tangganya. Inovasi desa juga diharapkan memberikan tambahan pemasukan bagi masyarakat desa atau bahkan memberikan pemasukan bagi pendapatan asli desa.
Inovasi desa, lanjut Zen, hendaknya juga meningkatkan nilai sosial warga agar tidak terjadi kesenjangan di masyarakat. Konsep ekologis juga dapat dijadikan dasar dalam merancang inovasi agar tercipta lingkungan desa yang sehat.
Koordinator Pendamping Desa Provinsi Jawa Timur Andre mengatakan, tidak mudah mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera. Hasil survei yang ia lakukan menunjukkan ada beberapa kendala yang dialami kepala desa saat berusaha mewujudkan masyarakat yang sejahtera, yaitu kapasitas kepala desa, kemampuan tata kelola, dan dukungan peraturan.
”Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan memunculkan inovasi-inovasi. Kalau kesulitan menemukan inovasi, silakan amati, tiru, dan modifikasi inovasi dari desa lain. Tidak masalah bila meniru inovasi desa lain. Yang penting, ada penyesuaian agar inovasi tersebut tepat guna bagi masyarakat desa setempat,” tuturnya.
Inovasi desa, lanjut Andre, harus disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masyarakat desa. Hal itu dilakukan agar inovasi tersebut dapat berkelanjutan dan memberikan dampak bagi masyarakat setempat.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang tampil melalui sambungan telekonferensi berpesan agar pengurus desa berlomba melahirkan inovasi berbasis desa.
”Silakan mencoba di sektor pariwisata yang mampu menggerakkan swadaya masyarakat. Bangkitkan pula inovasi yang bisa membangkitkan ekonomi warga berbasis usaha kreatif,” ujar Azwar Anas.
Ia juga berharap desa-desa yang belum berinovasi dan sedang mencari bentuk inovasi bisa mencontoh desa lain yang sudah berinovasi. Namun, ia berharap proses meniru inovasi tersebut bisa lebih dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan desa.
Bursa Inovasi Desa di Banyuwangi tersebut diikuti 20 tim pelaksana inovasi desa dengan menampilkan 78 inovasi. Setiap desa memamerkan inovasi desanya dalam tiga kategori. Kategori Infrastruktur seperti rumah singgah. Kategori kewirausahaan seperti pembuatan produk gula semut, dodol, dan pengolahan produk buah naga. Kategori Sumber Daya Manusia salah satunya pemanfaatan selokan untuk budidaya ikan.
Salah satu inovasi yang dipamerkan ialah Banyu Bening dari Desa Jajag. Inovasi tersebut berhasil mengubah selokan yang semula kotor menjadi tempat budidaya ikan.
”Sekarang sudah ada empat titik selokan dengan panjang total 300 meter untuk budidaya ikan nila dan gurami. Kami pernah panen satu kali dan hasilnya untuk membantu anak balita dan ibu hamil kurang gizi,” ujar Lestari.
Inovasi lain yang ditampilkan ialah budidaya pare yang diterapkan warga di Desa Sumber Asri, Kecamatan Purwoharjo. Warga di desa tersebut mengubah pola tanam pare dari yang semula untuk panen buah menjadi budidaya untuk pembenihan.
”Dengan mengubah cara tanam, warga tidak lagi berorientasi untuk menjual buah pare, tetapi justru menjadi penghasil benih pare. Hasilnya, lahan seperempat hektar yang biasanya menghasilkan Rp 6 juta hingga Rp 7 juta kini bisa menghasilkan Rp 60 juta hingga Rp 70 juta per sekali musim panen,” tutur Pendamping Lokal Desa Sumber Asri Purwoharjo.