MATARAM, KOMPAS — Ikatan Motor Indonesia Nusa Tenggara Barat menggelar Lombok Wisata Rally, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang dipusatkan di obyek wisata Senggigi, Lombok Barat. Selain untuk berkompetisi, kegiatan itu juga untuk mempromosikan Lombok sebagai destinasi yang kini aman dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri setelah dilanda gempa beruntun pada Juli-Agustus lalu.
”Reli ini bagian dari tindakan pemulihan kami karena agen perjalanan wisata, perusahaan penerbangan, dan wisatawan dalam dan luar ingin kepastian kondisi terkini Lombok pascagempa. Kami ingin tunjukkan lewat reli ini bahwa Lombok aman untuk dikunjungi,” ujar HM Fauzal, Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, Kamis (22/11/2018), di Mataram, Lombok.
Menurut Fauzal, dalam tiga bulan terakhir, para pelaku pariwisata telah melakukan roadshow ke beberapa daerah di Indonesia dan mengundang agen perjalanan dalam negeri untuk familiarization trip (famtrip). Para pemangku kepentingan pariwisata di NTB pun telah mengikuti pertemuan dengan pebisnis di Malaysia, dengan tujuan meyakinkan pasar apabila Lombok siap dikunjungi wisatawan.
Upaya itu memang harus maksimal, terindikasi dari sejumlah perusahaan penerbangan mengurangi frekuensi penerbangan domestik dan luar negeri dari dan ke Lombok. ”Yang paling signifikan adalah frekuensi penerbangan rute Bandara Internasional Lombok (BIL)-Bandara Ngurah Rai, dari 12 kali sehari menjadi 8 kali sehari,” ujar Fauzal.
Pengurangan frekuensi penerbangan itu terkait jumlah penumpang ke Lombok, yang berdampak pula terhadap tingkat hunian hotel, seperti diakui Binang Odi Alam, General Manager Montana Premier Senggigi, Lombok Barat. Okupansi hotel itu rata-rata 30 persen dari 92 kamar. Oleh sebab itu, Binang bersedia bekerja sama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) NTB menggelar reli bertajuk ”Pesona Lombok Rally Wisata” itu dengan memberikan harga dan layanan terbaik bagi peserta.
Ketua IMI NTB Edo Nurhaedin mengatakan, reli ini berlangsung pada Sabtu dan Minggu (24-25/11/2018). Ada 50 tim yang mengikuti reli ini, antara lain tim DKI Jakarta, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Para peserta akan mengelilingi destinasi wisata di Lombok, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kute, Lombok Tengah, menelusuri sejumlah desa dan kota, melihat kondisi wilayah terdampak gempa sekaligus memberikan bantuan kepada warga terdampak gempa.
Para peserta umumnya tidak membawa kendaraan (mobil standar) dari tempat asalnya, tetapi menyewa mobil di Mataram yang digunakan untuk reli. ”Tuan rumah” NTB menurunkan tim Time Rally sebanyak 15 tim, selain 20 tim pemula dari klub, komunitas, sponsor, serta instansi pemerintah dan swasta di Mataram. Banyak peserta dari sejumlah daerah batal mengikuti reli ini karena tidak ada penerbangan langsung dari dan menuju Lombok.