BPTP Jateng Kenalkan Benih Unggul untuk Tingkatkan Produktivitas
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
UNGARAN, KOMPAS - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah terus memperkenalkan benih unggul kepada para petani. Benih unggul, baik tanaman pangan dan hortikultura tersebut didistribusikan, agar potensi hasil inovasi yang dikembangkan BPTP dioptimalkan, sehingga meningkatkan produksi.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng, Harwanto, di sela-sela Ekspose Jateng Gayeng Tani Fest, di Kabupaten Semarang, Jumat (23/11/2018), mengatakan, dalam satu tahun terakhir, pihaknya telah mengahasilkan 11 benih unggul. Penyaluran melibatkan dinas pertanian provinsi maupun kabupaten.
"Mulai bawang putih, kentang, kelapa, dan baru-baru inin apel, mangga, dan tebu. Dari komoditas-komoditas tersebut, nilainya mencapai Rp 10 miliar. Ini penting karena selama ini petani belum terbiasa dengan varietas baru. Dengan diberikan benih unggul, diharapkan produksi naik sehingga pendapatan pun naik," ujarnya.
Harwanto menambahkan, selama ini, dalam mengerjakan usaha tani, benih unggul belum jadi pilihan utama. Selain belum terbiasa, mereka juga sulit mengakses. Hal tersebut coba difasilitasi BPTP Jateng. Semakin terbiasa, diharapkan petani merasakan manfaatnya dan mengembangkannya secara mandiri.
Pada Kamis (22/11), secara simbolis, BPTP Jateng menyerahkan 21.000 batang bibit mangga, 36.000 kg benih kentang, dan 13.000 batang bibit apel kepada sejumlah petani asal Jateng. "Kami berupaya agar Jateng tidak hanya fokus mengembangkan tanaman pangan, tetapi juga hortikultura," kata Harwanto.
Selain itu, BPTP Jateng memberikan bimbingan teknis kepada para petani dan petugas lapangan untuk melaksanakan usaha tani. Dengan adanya peningkatan kapasitas, diharapkan indeks pertanaman terus meningkat. Artinya, dalam setahun, petani bisa menanam lebih dari satu atau dua kali.
Lebih lanjut, Harwanto mengatakan, ekspose dilakukan agar akselerasi disemenasi serta hilirasi inovasi teknologi pertanian sampai ke pengguna baik petani, petugas, dan pemangku kepentingan di tingkat kabupaten. "Setelah itu, kami ingin tahu umpan baliknya seperti apa. Dari tujuan itu, kami selama empat hari ini menggelar berbagai macam event," katanya.
Peneliti Muda Budidaya Tanaman BPTP Jateng Budi Hartoyo, mengemukakan, apel coba dikembangkan di Jateng karena berpotensi berkembang. Sejumlah daerah memenuhi syarat budidaya, seperti ketinggian di atas 900 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan tidak lembap. Namun, kesiapan SDM jadi tantangan.
Budi menuturkan, budidaya apel memerlukan perlakuan khusus. "Untuk mendapatkan bibit harus lewat perbanyakan vegetatif. Dan, usia produktifnya yakni empat tahun. Setelah ditanam, yang harus dilakukan petani ialah merontokkan seluruh daun setiap lima bulan, serta pemberian nutrisi yang cukup," katanya.
Sebelumnya, inovasi juga diterapkan di Kabupaten Grobogan, yakni benih bawang merah berbentuk biji atau True Seed of Shallot (TSS). Benih itu memiliki keunggulan, antara lain kebutuhan jumlah benih yang lebih rendah dan penyimpanan yang mudah ketimbang umbi. Benih biji juga relatif lebih tahan penyakit karena dapat dikatakan benih murni.
”Kebutuhan benih umbi 1-1,5 ton per hektar, benih biji hanya 3-4 kilogram per hektar. Benih umbi tahan empat bulan, biji hingga 3-4 tahun. Ke depan, ini penting untuk daya saing,” ujar Peneliti Utama Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Kementerian Pertanian, Suwandi di Desa Padang, Grobogan, Selasa (30/10).