KAJEN, KOMPAS - Presiden Joko Widodo meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk para anggota Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama untuk mengutamakan kepentingan bangsa. Presiden juga meminta para kader GP Ansor untuk menjaga marwah para ulama.
Hal tersebut dikatakan Presiden saat memberi sambutan dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Alun-Alun Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (22/11/2018). "Saya mengajak segenap keluarga besar GP Ansor untuk sabar dalam menghadapi setiap masalah. Dan, utamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok sendiri," katanya.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menambahkan, pihaknya ingin konsensus kebangsaan Indonesia tetap kokoh. "Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 tetap menjadi pengikat bagi bangsa yang sangat majemuk ini. Kami geram dengan fakta masih adanya sekelompok kecil orang yang tak menghargai jasa para pahlawan dan pendiri bangsa," ucap Yaqut.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengatakan, jelang Pemilu 2019, banyak akun anonim yang menyampaikan fitnah, umpatan, dan menjelek-jelekkan seseorang atau kelompok. Peran umara (pemimpin) dan ulama penting untuk tampil untuk meluruskan yang tak benar.
“Peran kita diperlukan untuk menunjukkan mana yang boleh dan tidak, serta yang keliru dan benar,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, sejumlah kyai, alim ulama dan lainnya perlu aktif berkomunikasi berkomunikasi di era kekinian. Dia mencontohkan, Kultwit (kuliah Twitter) Muhammadiyah berjalan. Begitu pun pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang rajin menjawab di Twitter.
Ganjar menuturkan, terkait banyak informasi tak benar di media sosial, dirinya sempat bertanya kepada Gus Mus, kenapa mau merespons atau membalas di Twitter. “Beliau bilang, (kalau bukan kita) lalu siapa lagi yang meluruskan,” kata Ganjar.
Dia juga menceritakan pertemuannya dengan Gubernur DKI Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Ketiganya berfoto bersama dan mengunggahnya di media sosial, agar bisa memberi kesejukan. Hasilnya, respons dari masyarakat benar-benar positif.
Ketiganya berfoto bersama dan mengunggahnya di media sosial, agar bisa memberi kesejukan.
“Ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda pandangan, beda kubu, tetapi kami bisa berdialog. Kami berikhtiar agar bangsa ini tidak terpecah dan tidak terbelah,” ucap Ganjar.
Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Condro Kirono, menuturkan, pemerintah daerah, TNI, Polri, serta pimpinan-pimpinan lainnya perlu mengedepankan kebersamaan. Ini penting agar publik tidak khawatir dengan segala kemungkinan perpecahan jelang Pemilu 2019.
Panglima Kodam IV/Diponegoro Mayor Jenderal TNI Wuryanto menambahkan, Pemilu 2019 merupakan agenda nasional yang sangat strategis. “Pemilu 2019 akan menjadi perhatian dunia,” ucap Wuryanto.
Dalam kunjungan ke Semarang Rabu (21/11/2018), ulama Suriah, Syaikh Abdussalam Rajih meyakini, Indonesia memiliki kemampuan untuk menciptakan generasi-generasi yang mampu menciptakan peradaban Islam. Peranan ulama dan pemimpin, menurut dia, memiliki peran penting untuk menciptakan perdamaian dan mencegah kehancuran bangsa.
“Mari tanamkan kepada anak-anak tentang pentingnya keberagaman dan toleransi. Meski berbeda, tidak boleh saling mengganggu. Harus saling mengukuhkan persaudaraan,” katanya.