UNGARAN, KOMPAS - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah mendistribusikan 13.000 batang bibit apel kepada sejumlah petani di tujuh kabupaten di provinsi itu. Daerah dipilih yang sesuai kebutuhan agrokultur apel, seperti ketinggian di atas 900 meter di atas permukaan laut.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng Harwanto, di sela-sela Ekspose Jateng Gayeng Tani Fest di Kabupaten Semarang, Jumat (23/11/2018), mengatakan, pelabelan selama ini adalah apel hanya bisa tumbuh baik di Batu, Jawa Timur. Dengan mempelajari agroekologi daerah Batu, pihaknya mencoba merintis pengembangan apel di Jateng.
Harwanto menuturkan, kondisi alam yang sesuai kebutuhan pengembangan tanaman apel, antara lain di Kabupaten Purbalingga dan Karanganyar. ”Dengan lokasi dan petani yang dipilih selektif, mudah-mudahan tumbuh baik,” ujarnya.
Bibit apel yang didistribusikan adalah hasil pembenihan apel di kebun percobaan Ungaran dengan varietas manalagi, anna, dan rome beauty. Selain Purbalingga dan Karangnyar, bibit apel juga didistribusikan ke Kabupaten Temanggung, Kendal, Magelang, Semarang, dan Boyolali.
Menurut Harwanto, pengembangan apel di Jateng menjadi tantangan karena belum pernah ada. ”Kami berharap perkembangan pertanian di Jateng lebih variatif, tidak melulu tanaman pangan. Sejumlah potensi, termasuk hortikultura, kami coba optimalkan,” ucapnya.
Peneliti Muda Budidaya Tanaman BPTP Jateng Budi Hartoyo menambahkan, syarat minimal lokasi budidaya apel sebenarnya 700 mdpl. Namun, supaya risiko gagal lebih kecil, bibit didistribusikan ke daerah dengan ketinggian minimal 900 mdpl. Bahkan, di Kabupaten Semarang dan Temanggung berkisar 1.000-1.300 mdpl.
Usia produktif tanaman apel adalah empat tahun setelah ditanam. Siklus panen apel adalah lima bulan sekali. ”Namun, ada SOP (prosedur standar operasi ) yang perlu dilakukan karena apel membutuhkan perlakuan khusus. Sejak awal, semua daun harus dirontokkan setiap lima bulan,” ujar Budi.
Tantangan utama pengembangan budidaya apel ialah kesiapan sumber daya manusia. Meskipun daerahnya cocok, pengetahuan petani terbatas. Karena itu, pendampingan juga akan terus dilakukan. Tak melulu langsung, tetapi juga bisa lewat media komunikasi.
Secara perlahan diharapkan apel berkembang baik. Beberapa buah jadi ciri khas Jateng, antara lain manggis di Purworejo, jeruk pamelo di Kudus dan Pati, alpukat di Kabupaten Semarang dan Kendal, serta durian di Semarang dan Batang.
Ekspose Jateng Gayeng Tani Fest diadakan di halaman kantor BPTP Jateng, 22-25 November 2018. Di sana, secara simbolis bibit diberikan ke petani. Selain apel, didistribusikan 21.000 bibit mangga dan 36.000 kilogram benih kentang. (DIT)