JAMBI, KOMPAS — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan praktik berdemokrasi yang kian dinamis belakangan ini jangan sampai salah arah. Demokrasi harus berjalan mengedepankan kepentingan rakyat banyak.
”Kehidupan bernegara yang demokratis haruslah berpihak kepada rakyat banyak,” ujarnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional 1 Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) di Kota Jambi, Sabtu (24/11/2018).
Ia mengemukakan, kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi tampak menurun belakangan ini di berbagai belahan dunia. Bahkan, tampak anomali proteksi berlebihan di sejumlah negara demokrasi seperti Amerika Serikat, tetapi menunjukkan ekonomi terbuka di negara sosialis-komunis seperti di China.
Terkait dengan eskalasi politik dalam negeri menjelang pemilihan umum tahun 2019, Kalla yang juga menjabat Ketua Dewan Etik Majelis Nasional Kahmi pun mengingatkan para alumnus HMI untuk turut mendukung upaya menjunjung demokrasi yang adil. Seseorang yang ingin mencalonkan diri pada pemilu mendatang, ujarnya, agar jangan menggunakan cara-cara melanggar aturan. ”Begitu ada pelanggaran, maka akan timbul masalah,” katanya.
Pihaknya mengapresiasi dilaksanakannya rakornas. Namun, ia juga mengingatkan agar jangan sekadar menjadi ajang berkumpul dengan sesama alumni, tetapi dari situ membuahkan hasil pemikiran dan menyumbangkan keilmuannya untuk kemajuan bangsa.
Ribut
Acara pembukaan rakornas itu sempat diwarnai kisruh pada akhir acara. Saat itu, Wapres Kalla seusai memukul gong tanda dibukanya rakornas bersiap meninggalkan ruangan acara. Sewaktu ia berjalan sembari menyalami para peserta acara, pembaca acara yang ditugaskan dari Biro Humas dan Protokoler Pemerintah Provinsi Jambi terdengar salah menyebutkan salam penutup. Salam itu berbunyi, ”Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq…” yang biasanya dipakai sebagai salam penutup khas warga Nadhlatul Ulama.
Salam penutup itu langsung disoraki protes para pengurus dan peserta rakornas. Menurut mereka, salam penutup yang semestinya diucapkan bukan itu, melainkan ”Billahitaufiq Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh” yang merupakan tradisi salam warga HMI.
Para pengurus Kahmi yang berasal dari sejumlah daerah itu pun berbondong-bondong maju untuk menyuarakan protes. Mengetahui panasnya situasi itu, panitia dari Biro Humas dan Protokoler langsung membawa pergi si pembawa acara. Hal itu membuat para pengurus semakin marah. Mereka berteriak-teriak di atas panggung. ”Sejak awal kami tahu ini ada skenario untuk merusak rakornas,” kata Andi Chaniago, salah seorang pengurus Kahmi.
Sekretaris Jenderal Forhati Kahmi Jurmana dan sejumlah unsur pimpinan organisasi pun berupaya meredam keributan. Suasana baru mereda sekitar 20 menit kemudian setelah disampaikannya tuntutan permintaan maaf secara terbuka.