KUTACANE, KOMPAS — Hujan yang mengguyur selama sepekan di Aceh Tenggara, Aceh, memicu banjir bandang di delapan desa yang tersebar di tiga kecamatan. Sebanyak enam rumah rusak berat dan 27 rumah terendam lumpur.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Selasa (27/11/2018), mengatakan, banjir bandang terjadi pada Senin sekitar pukul 20.30. Air lumpur dan potongan kayu meluncur deras dari atas bukit menerjang permukiman penduduk.
Desa yang dilanda banjir bandang adalah Desa Lawe Metangur (Kecamatan Ketambe), Desa Natam Baru (Kecamatan Badar), Desa Bunbun Indah, Permata Musara, Serakut, Bunbun Alas, Akhih Mejile, dan Tuah Kekhine (Kecamatan Leuser).
Air yang membawa material batu dan kayu menerjang rumah warga. Dinding rumah jebol dan sebagian miring. ”Satu rumah hanyut dibawa banjir bandang. Jumlah warga yang terdampak masih didata. Namun, mereka saat ini mengungsi ke rumah saudara,” kata Dadek.
Kepala Seksi Logistik BPBD Aceh Tenggara Irwan menuturkan, selain rumah warga, banjir bandang menyebabkan satu jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Leuser putus. Akibatnya, beberapa desa terisolir karena jembatan yang menjadi satu-satunya akses warga telah hanyut. Beberapa titik jalan desa di Leuser juga amblas.
Irwan menambahkan, tim BPBD dan Dinas Sosial Aceh Tenggara telah menyalurkan bantuan logistik. Untuk membawa logistik, harus menempuh jalur sungai selama dua jam. ”Logistik masih sangat dibutuhkan karena bantuan di masa panik tidak mencukupi,” kata Irwan.
Irwan mengatakan, banjir bandang terjadi setelah kabupaten itu dilanda hujan deras selama sepekan. Karena disiram hujan dalam jangka waktu yang lama, tanah di lereng perbukitan mengalami penurunan daya ikat hingga berakhir dengan banjir bandang.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Blang Bintang, Aceh, Zakaria Ahmad mengatakan, pada November-Desember, Aceh memasuki masa puncak musim hujan. Pada saat itu, banjir, longsor, dan banjir bandang sangat mungkin terjadi karena curah hujan sangat tinggi.
”Karena musim hujan, hampir di seluruh Aceh berpotensi terjadi bencana. Warga harus waspada, terutama mereka yang tinggal di daerah yang kerap dilanda bencana alam,” kata Zakaria.