Laboratorium Geofisika ITS Buka Pembelajaran tentang Longsor
Oleh
DODY WISNU PRIBADI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Laboratorium Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) membuka diri pada publik untuk memberikan materi pembelajaraan penanggulangan bencana untuk awam.
Pakar Geologi ITS, yang juga pendiri komunitas kewaspadaan bencana Masyarakat Tangguh Indonesia (MTI), Amien Widodo memulai kelas secara gratis tentang bahaya longsor akhir pekan yang akan datang. Kelas dibuka untuk umum, dengan hanya meminta peserta kelas pembelajaran longsor nantinya membawa konsumsi sendiri masing-masing.
“Perlu sering dan segera didengungkan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung, meluapnya sungai yang sebelum ini sudah rutin terjadi setiap tahun di musim penghujan. Akan lebih baik bagi masyarakat bersiap-siap. Bagian penting dari upaya pengendalian bencana, adalah masyarakat sudah mempersiapkan diri dan terlatih menghadapi risiko bencana,” katanya di Surabaya, Rabu (28/11/2018).
Bukan sekali ini saja Laboratorium Geofisika membuka ruang untuk pembelajaran masyarakat. Sebelum ini Amien Widodo melaksanakan diskusi tentang dugaan temuan dua sesar di Surabaya pada beberapa kali pertemuan dengan komunitas.
Amien juga melaksanakan pembelajaran tentang gempa Palu dan penjelasan tentang likueifaksi (pelipatan) yang terjadi di Sulawesi Tengah, kepada komunitas relawan bencana dan pecinta alam di Surabaya. Amien dan Geofisika ITS bersama komunitas MTI juga bermitra dengan SMP 28 Surabaya melaksanakan pembelajaran antisipasi bencana kepada anak berkebutuhan khusus.
Pada kesempatan lain Amien Widodo juga melaksanakan pembelajaran tentang pembacaan huruf Kawi, dengan menyadari bahwa studi tentang geofisika biosa dimanfaatkan untuk mengetahui sejarah bencana dari zaman kerajaan klasik yang diduga sudah terekam pada benda-benda historis, semacam candi, petilasan, tembok kuno, makam-makam kuno.
“Sebagian masyarakat sekarang sudah ada yang aktif mempelajari bencana, mula-mula untuk kepentingan sendiri. Namun akhirnya berguna juga bagi yang lain. Maka ilmu-ilmu kebumian juga perlu dibuka ke masyarakat,” kata Amien.
Tahun 2017 Amien juga memperingatkan risiko keberadaan dua sesar di wilayah Surabaya, yang kini sudah direspon Pemerintah Kota Surabaya. Caranya dengan melakukan demonstrasi antara lain di Taman Bungkul, Surabaya. Paling akhir ia memperingatkan melalui media sosial tentang risiko bencana hidroklimatologi, seperti angin kencang, banjir dan longsor.
"Edukasi juga harus diberikan kepada masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pihak yang langsung bertugas menghadapi risiko bencana. Misalnya pemerintah darah mewaspadai kemungkinan rumah atau atap rumah roboh, pohon, papan-papan reklame, bando, antena, atap SPBU, tersingkapnya atap seng di warung-warung dan bangunan semi permanen karena bencana hidroklimatologi," kata Amien di Surabaya, Kamis (22/11/2018).
Pengajar statistika yang juga pengamat cuaca ekstrim dari Fakultas Matematika, Komputasi dan Sains Data ITS Surabaya, Heri Kiswanto mengatakan, banyak ahli di dunia menyebutkan bahwa beberapa tahun ini kondisi cuaca semakin ekstrim.
Ini berarti angin puting beliung atau angin kencang akan banyak terjadi dan kekuatannya semakin besar. Kendati demikian belum ada cara berlindung yang efektif, karena masih banyak bangunan semi permanen di wilayah Indonesia. “Sekalipun sejauh ini kejadian angin kencang tidak menimbulkan ancaman jiwa dan hanya berupa kerugian material," kata Heri.