KEBUMEN, KOMPAS - Warga di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, belum sepenuhnya terbebas dari kebiasaan membuang air besar sembarangan. Dari 460 desa di Kebumen, hingga kini baru 222 desa yang bebas dari kebiasaan buruk tersebut.
”Hingga hari ini, baru 48,2 persen desa/kelurahan yang bebas dari kebiasaan buang air besar secara sembarangan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kebumen Rini Kristiani dalam Deklarasi Desa/Kelurahan dan Kecamatan Stop Buang Air Besar Sembarangan, Senin (3/12/2018), di Kebumen.
Menurut Rini, buang air besar sembarangan berpotensi memicu penyakit diare dan cacingan. Karena itu, gerakan stop buang air besar sembarangan terus digelorakan. Kemarin, 109 kepala desa/kelurahan mendeklarasikan komitmen untuk stop buang air besar sembarangan. Ke-109 desa/kelurahan itu, antara lain dari Kecamatan Sruweng, Ayah, Prembun, Petanahan, Puring, Kuwarasan, Buluspesantren, Klirong, dan Ambal.
Menurut Rini, pada 2019, diharapkan seluruh desa/kelurahan di Kebumen sudah bebas dari kebiasaan buang air besar sembarangan. Pada 2018, dialokasikan dana Rp 2,8 miliar untuk menyediakan 900 unit jamban. Adapun pada 2019 dialokasikan dana Rp 4,6 miliar untuk 1.600 jamban.
Di Kebumen dari sekitar 1,1 juta penduduk, masih sekitar 40 persen yang belum memiliki jamban sendiri. Namun, dinas kesehatan setempat mengklaim akses warga menggunakan jamban sehat sudah 95,6 persen. Mereka yang tak memiliki jamban dapat menggunakan jamban komunal dan atau memakai bersama jamban milik tetangga atau saudaranya.
Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Jemur, Kecamatan Kebumen Mukhtar Arifin menyampaikan, di desanya yang dihuni 800 keluarga masih ada kebiasaan buang air sembarangan di sungai aliran irigasi. ”Saat air banyak seperti saat ini, warga di sepanjang aliran irigasi membuang air besar pada malam atau pagi saat masih gelap,” ujarnya.
Bidan Desa Kaleng Kecamatan Puring, Umi Laila, menyampaikan, dari 800 keluarga di desa itu sekitar 10 persen keluarga yang belum punya jamban.
Kepala Desa Kalisari, Kecamatan Rowokele, Solikhin, mengatakan, dari 900 keluarga di desanya, sekitar 30 persen di belum memiliki jamban. Warga diimbau untuk memiliki jamban mandiri dan memanfaatkan jamban yang dimiliki tetangga atau saudaranya. Hal itu agar mereka hidup lebih sehat.(DKA)