KABANJAHE, KOMPAS Kepolisian Resor Tanah Karo menurunkan ahli konstruksi untuk menyelidiki penyebab robohnya turap di tempat rekreasi pemandian air panas di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang menewaskan tujuh mahasiswa. Ada dugaan unsur kelalaian pemilik tempat wisata yang membangun turap dan pondok.
”Kami sudah memeriksa pemilik tempat pemandian air panas, anak pemilik, dan sejumlah mahasiswa. Namun, kami belum bisa menetapkan tersangka,” kata Kepala Kepolisian Resor Tanah Karo Ajun Komisaris Besar Benny R Hutajulu di Karo, Senin (3/12/2018).
Turap di pemandian air panas Daun Paris roboh menimpa mahasiswa yang tidur di pondok bambu, Minggu (2/12). Tujuh orang tewas dan sembilan orang lainnya terluka tertimpa turap. Para korban mahasiswa Universitas Prima Indonesia, Medan, itu sedang mengikuti malam keakraban.
Sebanyak 40 orang mengikuti malam keakraban pada Sabtu sore hingga Minggu pukul 02.00. Seusai kegiatan, para mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Karo itu tidur di pondok bambu. Turap sepanjang 20 meter dengan tinggi sekitar 2,5 meter ada di belakang pondok.
Benny mengatakan, polisi mendalami dugaan kelalaian pemilik yang membangun pondok rapat dengan turap. Mereka juga akan menyelidiki apakah turap memenuhi standar keselamatan. Namun, polisi belum
bisa menyampaikan hasil penyelidikan.
Pantauan Kompas, turap itu terbuat dari batu cadas yang disusun bertingkat dengan semen tanpa diplester. Dinding penahan tanah itu tebalnya sekitar 20 sentimeter. Tidak tampak satu pun tiang beton berangka besi di sepanjang turap penahan jalan dan tempat parkir di atasnya itu.
Tertimpa 1,5 jam
Korban luka, Putri Yolanda Surbakti (19), mengatakan, mereka tertimpa turap saat masih tidur pulas sekitar pukul 06.00. Posisi kepala merapat ke dinding pondok yang rapat dengan turap.
”Saya dan beberapa teman lainnya tertimpa turap sampai satu setengah jam karena turap sangat berat dan tidak bisa diangkat,” kata Putri yang dirawat di Rumah Sakit Amanda.
Putri tertimpa turap di bagian dada dan lengan kanan. Temantemannya tak bisa langsung mengangkat turap itu karena berukuran besar. ”Beberapa teman saya mencoba memecahkan turap itu dengan martil. Saya pingsan beberapa kali,” ujarnya.
Putri baru dievakuasi sekitar pukul 07.30. Beberapa teman yang tewas juga memiliki luka di bagian dada dan kepala.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa kejadian itu bukan bencana alam. Pihaknya meminta tempat wisata di Karo mengevaluasi bangunannya agar tidak membahayakan pengunjung dan kejadian serupa tidak terulang. (NSA)