SURABAYA, KOMPAS - Indonesia belum bisa berstatus ”zero tambahan kasus anak dengan HIV/AIDS yang tertular dari ibunya.” Hal itu karena jumlah ibu hamil yang belum terpantau status HIV/AIDS-nya masih cukup tinggi.
Menurut Dwiyanti Puspitasari dari Satuan Tugas Anak dengan HIV/AIDS (ADHA) Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Surabaya, Selasa (4/12/2018), di Surabaya, populasi ADHA mengikuti populasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Jawa Timur sebagai provinsi kedua terbanyak ODHA setelah Papua juga memiliki jumlah ADHA terbanyak kedua setelah Papua.
Dwiyanti mengatakan, puskesmas di Jawa Timur sudah bisa melayani perawatan terhadap anak dan ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS. ”Tidak semua, tetapi alur rujukan bisa mencakup.
Masalah yang dihadapi Indonesia adalah tidak semua ibu hamil bisa ter-screening oleh petugas kesehatan. Cakupan ibu hamil yang terpantau belum besar, di bawah 50 persen,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, dari tahun 1987 sampai Juni 2018, ADHA tercatat 3,4 persen dari total kasus. Pada periode itu dilaporkan ada 108.829 ODHA di Indonesia, maka jumlah ADHA (usia 0-19 tahun) ada 7.696 anak.
Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia Afif Nurul Hidayati mengatakan, perhatian terhadap penanggulangan HIV/AIDS pada anak tetap tinggi, selain pada ODHA. ”Terutama upaya mencegah anak tertular HIV dari orangtua.
Melalui screening yang baik, kini ada pengobatan bisa menurunkan kemungkinan anak tertular HIV/AIDS dari ibu hingga 2 persen dari semula 42 persen. Asal kehamilan dipantau dengan baik sesuai protokol,” katanya.
Diterima
Dari Temanggung, Jawa Tengah, dilaporkan, jumlah kumulatif pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung dari tahun 1997 hingga saat ini ada 439 orang. Sebanyak 38 di antaranya berusia 0-19 tahun.
Sebagian dari anak-anak itu sudah kehilangan orangtua. Namun, pihak keluarga bisa menerima kondisi tersebut dan mendampingi mereka menjalani pengobatan.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Sri Hartati mengatakan, Dinkes Kabupaten Temanggung memantau kondisi kesehatan dan melakukan tes HIV/AIDS pada ibu hamil. Tujuannya agar kondisi kesehatan ibu dan janin terpantau.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Magelang Fatma Murtiningsih mengatakan, Kota Magelang sudah membuka layanan konseling dan tes HIV sukarela (VCT) di enam rumah sakit dan lima puskesmas.
Pembukaan layanan ini dimaksudkan agar kasus baru bisa cepat terdeteksi dan segera ditangani petugas kesehatan.
Menurut Fatma, pihaknya juga membuka layanan pengobatan CST (care, support and treatment) di dua puskesmas, yaitu Puskesmas Magelang Selatan dan Puskesmas Magelang Utara. Layanan ini dibuka untuk mendekatkan akses pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS di kampung-kampung.
Fatma mengatakan, setiap puskesmas wajib melakukan penapisan (screening) berupa tes HIV/AIDS pada ibu hamil. Dengan mengetahui kondisi ibu hamil, petugas puskesmas bisa membantu mempersiapkan ibu hingga proses melahirkan.
Endah Yulianti, Kepala Puskesmas Magelang Selatan, mengatakan, di wilayah kerjanya ada satu ibu positif HIV/AIDS. Pihaknya memberikan nomor kontak petugas.
”Ibu itu kami persilakan melakukan kontak personal dengan petugas kesehatan dan berkonsultasi saat mengalami gangguan kesehatan atau terjadi sesuatu pada kandungannya,” ujarnya. (ODY/EGI)