Penggunaan Sosok Soeharto Upaya Membangkitkan Kerinduan Palsu
Oleh
Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar terlibat debat terbuka dengan Sekretaris Jenderal Partai Berkaya Priyo Budi Santoso terkait Soeharto sebagai ideologi Partai Berkarya. Menurut Muhaimin, upaya tersebut merupakan cara untuk membangkitkan kerinduan palsu.
Debat terbuka keduanya bermula ketika Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mempertanyakan ideologi Partai Berkarya di sela-sela acara peringatan Hari Anti-korupsi Sedunia beberapa hari lalu. Pertanyaan itu lantas dijawab Priyo bahwa ideologi Partai Berkarya adalah sosok Soeharto yang disimbolkan.
Dalam kunjungannya ke Banyuwangi, Cak Imin kembali menyinggung sosok Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto. Hal itu ia sampaikan di sela sosialisasi empat pilar MPR RI di Banyuwangi, Rabu (5/12/2018).
”Saat ini ada pihak-pihak yang mencoba mengeksplorasi Soeharto sebagai simbol elektoral. Hal itu sah sah-sah saja dalam politik. Tetapi, reformasi masih menyisakan banyak memori yang menyangkut evaluasi, zaman reformasi, dan Soeharto,” ungkapnya.
Ditanya terkait efeknya menggunakan Soeharto sebagai komoditas elektoral, Muhaimin mengatakan, hal itu tidak akan terlalu berdampak. Menurut dia, di era demokrasi saat ini, masyarakat lebih mementingkan prestasi dan rekam jejak.
Muhaimin juga menyoroti banyaknya slogan yang didengungkan dengan memasang wajah Soeharto. Ia mencontohkan slogan ”Piye kabare, enak zamanku to?”
”Slogan-slogan tersebut setara dengan slogan ’Pulang malu, tidak pulang rindu’ yang biasa ada di pantat truk. Ini hanya upaya untuk membangkitkan kerinduan-kerinduan semu saja,” ucapnya.