Tiga Sektor Potensial Jadi Sumber Baru Ekonomi Kalsel
Oleh
Jumarto Yulianus
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan masih sangat bergantung pada sektor pertambangan, khususnya batu bara. Ketergantungan yang besar pada sektor itu berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Kalsel melambat saat harga komoditas sumber daya alam itu anjlok.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Herawanto, Rabu (5/12/2018), mengatakan, wilayahnya perlu mencari sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi sehingga perlahan-lahan dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada komoditas sumber daya alam, khususnya batu bara.
”Sesuai hasil riset Growth Strategy Bank Indonesia, ada tiga sektor prioritas yang dapat dikembangkan di Kalimantan Selatan, yaitu agroindustri, perikanan, dan pariwisata,” kata Herawanto dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 dengan tema Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan di Banjarmasin, Rabu.
Menurut Herawanto, pengembangan ketiga sektor unggulan tersebut sangat tepat dan strategis. Di samping berperan penting dalam transformasi perekonomian Kalsel, juga akan berkontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam memperbaiki kondisi neraca perdagangan.
”Pengembangan pariwisata dapat didorong lebih cepat. Hal ini dilandasi bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang menjual sesuatu yang sudah ada. Bagaimana mengelola dan mengemas serta mempromosikan secara baik akan menjadi kunci kesuksesan,” tuturnya.
Dorongan BI Kalsel untuk pengembangan tiga sektor unggulan itu, lanjut Herawanto, juga sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Kalsel sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021.
Untuk mendorong pengembangan sektor unggulan tersebut di tingkat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), BI Kalsel sudah dan akan terus menguatkan pengembangan kluster (cluster) ketahanan pangan dan produk unggulan daerah.
”Saat ini, ada empat klaster yang dikembangkan, yaitu klaster padi unggul di Tanah Bumbu, klaster bawang merah di Tapin, klaster ikan air tawar di Hulu Sungai Tengah, dan klaster anyaman purun dan ilung (ampulung) di Hulu Sungai Utara,” kata Herawanto.
Dengan pengembangan berbagai sektor unggulan itu, BI Kalsel memprediksikan pertumbuhan ekonomi Kalsel berpeluang sedikit meningkat pada 2019 di kisaran 5,4-5,8 persen. Pada 2018 pertumbuhannya di kisaran 5,1-5,5 persen.
”Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan ditopang utamanya oleh sektor pertanian dan industri pengolahan seiring terus bergulirnya program cetak sawah serta beroperasinya pabrik baru turunan CPO (minyak sawit mentah) dan program B20 (biodiesel 20 persen),” ujarnya.
Staf Ahli Gubernur Kalsel Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik H Gusti Burhanuddin mengatakan, Pemprov Kalsel juga tidak ingin terus bergantung pada sektor pertambangan dan sudah mengupayakan sumber-sumber lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kalsel.
”Kami terus mengembangkan sektor agroindustri, pariwisata, dan juga perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Untuk agroindustri misalnya, sudah dibuktikan dengan pembukaan lahan pertanian seluas 4.000 hektar di Jejangkit, Barito Kuala,” kata Burhanuddin.