Dua hari terakhir ada pemandangan berbeda di Balai Kota Among Tani, Batu, Jawa Timur. Menempel di sejumlah panel, puluhan desain arsitektur gedung Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Omah Munir, meramaikan suasana balai kota, tepatnya di lobi pintu masuk utama.
Ya, desain yang terkumpul merupakan karya yang masuk dalam Sayembara Desain Museum HAM Omah Munir. Mulai tahun 2019, museum yang selama lima tahun terakhir menempati lokasi di Jalan Bukit Berbunga Nomor 2, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, itu akan memiliki gedung baru di lokasi berbeda.
Dilihat sekilas, semua desain tidak hanya menarik dari sisi bentuk tetapi juga senyawa dengan semangat dari Museum HAM Omah Munir itu sendiri. Bentuk bangunannya modern namun tidak meninggalkan ciri khas daerah. Bagian atau ruang yang menjadi kelengkapan sebuah museum, ditata apik, seperti ruang diskusi, ruang koleksi, dan lainnya.
“Ini adalah hasil karya dari para arsitek profesional. Kenapa harus arsitek yang profesional? Tujuannya agar museum yang akan dibangun nanti benar-benar berkualitas, baik dari sisi desain maupun pelaksanaannya,” ujar Panitia Sayembara untuk Bagian Pameran Josaf Sayoko, Kamis (6/12/2018).
Pada saat pendaftaran ada 131 peserta yang berniat mengikuti sayembara. Namun, sampai batas waktu yang ditentukan, hanya ada 60 karya desain yang terkumpul. Pesertanya arsitek dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Menurut Josaf ini adalah momentum bagi para arsitek untuk berkarya mengingat saat ini HAM menjadi masalah yang masih harus terus diperjuangkan. Omah Munir sendiri tidak hanya memerjuangkan HAM, tetapi juga memberikan edukasi terhadap generasi muda tentang hak asasi.
Desain yang dipamerkan hingga 12 Desember ini sendiri akan melewati babak penjurian guna menentukan karya mana yang bakal keluar sebagai pemenang dan diabadikan menjadi gedung museum.
Ada lima orang juri, mulai dari arsitek akademisi A Tutut Subadyo, pemerhati museum Himawan, seninam Butet Kertaredjasa, sejarawan Andi Achdian, dan arsitek profesional Baskoro Tedjo. Nilai nominal hadiah sayembara juga cukup menggiurkan, total ada Rp 220 juta.
“Tanggal 5 Desember kemarin sudah dilakukan penilaian untuk menentukan lima besar. Tanggal 10 Desember nanti memasuki grand final. Desainernya kita undang untuk memberikan paparan di hadapan juri tentang karya masing-masing,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Museum Omah Munir yang juga suami dari penggiat HAM Munir Said Thalib, Suciwati, mengatakan, musem baru nanti akan menjadi satu-satunya museum HAM di Indonesia, sekaligus Asia Tenggara. “Di Kamboja ada museum namun hanya berisi kekejaman rezim Kmer Merah,” kata Suci.
Pembangunan gedung baru menjadi keniscayaan karena gedung yang ada selama ini di Jalan Bukit Berbunga dirasa tidak lagi cukup untuk menampung animo publik. Gedung lama juga kurang mendukung untuk mewujudkan misi pendidikan HAM. Gedung museum di Jalan Bukit Berbunga memanfaatkan rumah mendiang Munir dan hanya berukuran 250 meter persegi.
Karena itu, Yayasan Museum UAM Omah Munir berprakarsa membangun sebuah museum bertaraf internasional di lokasi baru. Di tempat itu nantinya tidak hanya memajang koleksi perjuangan Munir tetapi juga sejarah dan perjuangan HAM lainnya di Indonesia. Adapun lahannya milik Pemerintah Kota (Pemkot) Batu dan dana pembangunannya ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Mengenai isi museum yang baru nanti, Suciwati mengatakan, semua berbasis riset, baik itu nasional maupun internasional. Ada juga workshop, tempat diskusi, perpustakaan, dan hal lain yang berkaitan dengan pendidikan HAM.
Pembangunan museum ini juga didukung penuh oleh Pemkot Batu. Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan pihaknya menyediakan lahan seluas 2.000 meter persegi. Meski menyediakan lahan, pengelolaan museum diserahkan sepenuhnya ke Pihak Omah Munir dengan tujuan agar ruh museum tidak hilang.
Menurut Dewanti keberadaan museum ini akan melengkapi obyek wisata yang ada di Batu. Iapun merasa bangga karena nama Munir—salah satu warga Kota Batu—menjadi pejuang HAM di Indonesia. Pembangunan gedung museum yang diperkirakan memiliki tinggi dua meter tersebut diperkirakan membutuhkan waktu dua tahun.