MATARAM, KOMPAS - Pascagempa yang mengguncang Pulau Lombok, Rabu (6/12/2018), Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat didorong mengaudit bangunan rumah, sekolah, kantor, dan fasilitas umum lainnya untuk mengantisipasi dampaknya. Itu perlu dilakukan karena pulau itu sebelumnya diguncang gempa besar.
”Pemprov NTB dan kabupaten/kota harus melakukan assessment pada bangunan kantor, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum. Dengan demikian, dapat diketahui bangunan yang tahan gempa dengan magnitudo tertentu,” kata Gegar Sapta Prasetya, anggota Ikatan Ahli Tsunami Indonesia, saat dihubungi dari Mataram, NTB, Rabu.
Hari Rabu pukul 09.02 WIT, Pulau Lombok dan Bali diguncang gempa bermagnitudo 5,7. Lokasi pusat gempa 23 kilometer (km) barat laut Kota Mataram dengan kedalaman 10 km.
Provinsi NTB berada di tengah daerah Cincin Api Pasifik sehingga sering dilanda gempa. Oleh karena itu, bangunan tahan gempa perlu diaplikasikan secara menyeluruh di NTB.
Menurut Gegar, penilaian perlu dilakukan untuk kantor pemerintah, rumah sakit, dan sekolah untuk mengetahui konstruksi, kekuatan, dan ketahanan bangunan jika diguncang gempa dengan magnitudo tertentu.
Gedung sekolah yang telah dinilai, misalnya, kemudian diberi sertifikat tahan gempa. ”Jika terjadi gempa bermagnitudo 5, misalnya, siswa tak perlu panik karena gedung sekolahnya tahan gempa bermagnitudo 7,” ujar Gegar.
Gempa berkali-kali tiga bulan terakhir di wilayah Lombok masih menimbulkan kekhawatiran warga. Suci, warga kompleks perumahan Panorama Alam, Desa Sesela, Lombok Barat, misalnya, bergegas menjemput anaknya, Abi, siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Karang Baru, Kota Mataram. Kelas anaknya yang berada di lantai dua sekolah tersebut memicu kekhawatiran orangtua saat gempa mengguncang.
Luka ringan
Terkait gempa pada Rabu lalu, Kepala Bagian Humas Lombok Utara Dedi Mudjadid mengatakan, dua orang dirujuk ke RSUD Tanjung. Mahyudin (36), warga Desa Sandik, Lombok Barat, menderita luka ringan setelah menjatuhkan diri dari atap rumah panggung. Warga bernama Inaq Karsih (60), warga Dusun Leong Barat, Desa Tegal Maja, juga dibawa ke rumah sakit karena jatuh saat berlari karena gempa.
Di Puskesmas Tanjung, tiga korban dengan luka ringan, di antaranya Ikhsan, warga Dusun Beriri Genteng, Desa Tanjung. Ia mengalami luka di bagian kaki akibat terjatuh dari sepeda motor saat gempa.
Sementara Muhimin, warga Dusun Sigar Penjalin Tanjung mengalami luka pada kedua kakinya karena terantuk pecahan keramik saat gempa. ”Semua korban luka dipulangkan setelah mendapat perawatan di RSUD Tanjung dan Puskesmas Tanjung,” kata Dedi Mudjadid. (RUL)