MATARAM, KOMPAS - Pekerja kreatif di bidang mode bersama pelaku usaha pariwisata dan seniman di Lombok, NusaTenggara Barat, menggelar Fashion & Art Festival yang berlangsung Sabtu dan Minggu (15-16/12/2018) pekan depan, di Taman Mayura, Cakranegara, Kota Mataram. Sejumlah desainer dari Jakarta akan ikut memeriahkan festival yang diharapkan memberi semangat masyarakat NTB, khususnya Lombok, untuk kembali bangkit pascagempa beruntun Juli-Agustus lalu.
"Tagline kami adalah Back To Roots. Jadi kami ingin mengajak masyarakat NTB kembali bersemangat menjalani kehidupan, tanpa mengenyampingkan budaya yang di dalamnya terkandung banyak kearifan lokal untuk menatap realitas hari depan yang lebih baik, ” kata Ketua Pelaksana Fashion & Art Festival Baiq Ika Yuyun Wardani, Jumat (7/12/2018) sore di Hotel Lombok Plaza, Mataram.
Menurut Yuyun, NTB merupakan salah satu provinsi yang sedang berkembang pesat dalam pembangunan sektor pariwisata. Namun, gempa bumi Lombok yang mengakibatkan kerusakan fisik sarana, prasarana dan fasilitas umum, membuat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut terganggu dan memukul mental serta semangat masyarakat. “Dalam konteks pemulihan ekonomi sektor pariwisata dan pumilhan semangat masyarakat, itulah event ini kami gelar,” ujar Yuyun.
Kegiatan kolaborasi di antara seniman, pelaku pariwisata dan pekerja kreatif bidang mode ini, antara lain menampilkan dan memperkenalkan kepada rakyat Indonesia dan dunia berbagai potensi budaya tekstil di NTB. Termasuk di antaranya hasil proses kreatif perajin tenun Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa) dan Mbojo (Dompu dan Bima). Selain itu akan ada produk dari 60 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berupa tenun, gerabah, anyaman ketak (sejenis tanaman merambat yang dianyam) dan kuliner yang ditampilkan di acara tersebut.
Produk kerajinan para perajin tenun telah dikembangkan oleh para desainer lokal dan nasional dalam bentuk busana, tas, sepatu dan ikat pinggang, yang kemudian menjadi barang cenderamata bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Desainer ternama Samuel Wattimena, Philip Iswardono, Ninik N-Workshop dan Shinta Chrisna, akan hadir dalam acara ini bersama sejumlah desainer lokal NTB. Mereka akan menampilkan karya busananya berbahan tekstil lokal.
Sementara Pelukis Mantra Ardhana, mengatakan dirinya bakal dilibatkan pada visual art. Event itu lebih menyasar kepada budaya dengan banyak kearifan lokal terutama dalam menyikapi alam bagi kepentingan kemanusiaan. Dalam konteks gempa bumi misalnya, ternyata berugak atau sekepat (bale-bale) dinilai lebih tangguh menahan goncangan gempa.
Begitu pun atap rumah dari alang-alang dan jerami saat gempabumi di Lombok terbukti lebih aman dibanding menggunakan genteng beton. “Artinya, seperti tag line acara ini, back to root, kalau mau balik belajar dari kearifan nenek moyang, mungkin manusia bisa menghindari respon alam berupa bencana gempa, tanah longsor dan banjir,” ujar Mantra.